Peluang Ada di Sektor Jasa

Hendrarto Darudoyo-OZIP
Hendrarto Darudoyo.

Kini boleh dibilang industri jasa menjadi primadona di Australia, sebagaimana pernah disinggung dalam tulisan lalu. Tatkala sektor manufaktur anjlok belakangan ini, sektor jasa mengambil porsi dalam perekonomian yang lebih besar ketimbang sebelumnya. Saat ini setiap bisnis praktis adalah bisnis jasa, mengingat setiap bisnis pada dasarnya adalah bisnis melayani pelanggan. Pendek kata, servis adalah urusan bisnis.

Satu hal yang menarik, dan ini terjadi tidak hanya di Australia, industri jasa dapat bertumbuh ketika masa resesi. Terbukti, sewaktu banyak pengurangan karyawan di industri manufaktur ketika resesi melanda perekonomian Paman Sam, industri jasa malahan menyerap lebih banyak tenaga kerja.

 

Service entrepreneurship, seperti dijelaskan dalam sebuah buku mengenai pemilikan dan pengoperasian bisnis jasa, butuh keterampilan tersendiri yang berbeda dengan keterampilan di industri lain. Perbedaan tersebut disebabkan antara lain oleh tantangan di bisnis jasa yang juga berbeda dengan bisnis-bisnis lain. Produk yang ditawarkan utamanya bukanlah barang berwujud alias intangible.

 

Sedangkan untuk bisnis yang memiliki komponen inti berupa produk berwujud, lebih jauh dijelaskan dalam buku tadi, perbedaan dukungan produk bisa menentukan keunggulan satu usaha tertentu dengan usaha lainnya. Seperti misalnya, dealer kendaraan yang memperoleh keuntungan lebih besar dari ongkos servis berkala mobil yang dijual sebagai bagian dari jaminan menyangkut masalah mekanikal oleh pihak dealer selain dari hasil penjualan mobil. Ini berarti bahwa pelanggan rela mengeluarkan uang untuk biaya ekstra perawatan regular mobilnya, kendati kendaraan yang dibeli dalam kondisi baru yang pastinya belum atau tidak punya masalah mekanikal.

 

Setiap bisnis mesti dilihat sebagai bisnis pelayanan. Ambil contoh, restoran. Disamping kelezatan masakan, masalah pelayanan turut menjadi pertimbangan pelanggan untuk setia datang. Dalam pemasaran, restoran tidak hanya menawarkan makanan dan minuman kepada para pelanggan tetapi juga “pengalaman”. Pelanggan memperoleh pengalaman menyenangkan melalui pelayanan yang baik.

 

Jelas, pelanggan adalah faktor utama dalam bisnis jasa. Namun, kebanyakan orang justru melupakan unsur penting yang satu ini, yakni bagaimana menarik dan mempertahankan pelanggan. Mereka sibuk menanamkan uang untuk menjalankan bisnis, mulai dari komputer sampai business cards. Michael Gerber menyebut fenomena kepingin cepat-cepat berbisnis yang diderita oleh kebanyakan orang ini sebagai “entrepreneurial seizure” dalam bukunya The E Myth.

 

Satu hal penting bagi mereka yang memiliki gagasan menarik untuk memulai suatu usaha tentu saja adalah peluang. Menurut salah satu teori, fokus dalam kewirausahaan adalah menemukan peluang sebagai intinya. Peluang terkait dengan permintaan pasar. Ini berarti, kembali lagi, berhubungan erat dengan pelanggan.

 

Dalam hal ini, peluang bisnis dapat berupa celah, sekecil apapun tampaknya, guna memenuhi kebutuhan mereka, yang tidak atau belum tergarap. Kalaupun suatu bisnis tertentu sudah tapi sedikit tergarap, masih ada pula peluang. Selain bisnis jasa seperti catering dan bengkel -juga cuci- mobil, banyak peluang bisnis lainnya di bidang jasa yang layak dijajaki. Di sektor jasa, banyak peluang terbuka.

 

Hendrarto Darudoyo

Peneliti dan Penulis