Nikmatnya Hidangan Khas Lebaran

Pedagang menunggu pembeli cangkang ketupat di komplek pasar Lhokseumawe, Aceh, Rabu (15/7). Permintaan cangkang ketupat terus meningkat hingga pada H-1 Lebaran dengan harga Rp5.000 per tujuh cangkang. ANTARA FOTO/Rahmad/asf/foc/15.

Perayaan Idul Fitri atau Lebaran adalah salah satu momen yang selalu ditunggutunggu umat Muslim. Bukan hanya karena Lebaran adalah kesempatan untuk berkumpul seru bersama keluar besar atau kerabat, namun juga karena banyaknya hidangan lezat yang tersaji di meja makan saat perayaan spesial ini. Ini dia beberapa camilan dan menu khas Indonesia yang selalu ditunggu-tunggu saat Idul Fitri.

 

Ketupat

Lebaran rasanya kurang lengkap tanpa ketupat. Panganan pokok pengganti nasi, ketupat terbuat dari beras yang dibungkus dalam anyaman daun kelapa muda atau janur, lalu dikukus. Jika sudah matang, ketupat dikeluarkan dari bungkusnya lalu dipotong-potong dan disajikan bersama hidangan wajib lainnya seperti opor ayam, sambal goreng, dan soto.

Mudah sekali menemukan ketupat di kala Lebaran, namun tidak banyak yang tahu asal-usul makanan ini. Menurut cerita rakyat, ketupat mulai muncul di abad ke-15 dan dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu tokoh Walisongo. Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai simbol budaya Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman. Ketupat disebut “kupat” oleh masyarakat Jawa dan Sunda, yang berarti “ngaku lepat”, atau mengakui kesalahan dan “laku papat”, yang artinya empat tindakan.

Simbol ketupat lekat sekali dengan nilai-nilai yang diajarkan di bulan suci Ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Lebih dalamnya, filosofi ketupat adalah sebagai berikut:

– Rumitnya anyuman ketupat:

mencerminkan kesalahan manusia yang begitu beragam, serumit anyaman ketupat yang tidak ada habisnya.

– Nasi yang berwarna putih:

menyimbolkan kesucian dan kebersihan hati setelah meminta maaf dari segala kesalahan.

– Bentuk segitiga sempurna:

mencerminkan kesempurnaan yang dicapai setelah melalui sebulan berpuasa Ramadhan.

– Biasa dihidangkan dengan lauk

bersantan: ada sebutan Jawa yang berbunyi “kupat santen”, yang merupakan akronim dari “kulo lepat nyuwun ngapunten” (“saya salah, mohon dimaafkan”).

(http://beritadaerah.co.id)

Dodol Betawi

Camilan beraroma manis ini lekat sekali dengan Lebaran. Kurang pas rasanya, jika suguhan tamu saat Lebaran tidak dilengkapi dengan dodol Betawi yang harum dan legit. Terbuat dari beras ketan, kelapa, gula merah dan gula putih, proses pembuatan dodol Betawi memakan waktu delapan sampai duabelas jam. Selain semua bahan baku harus dimasak dulu secara terpisah, proses mengaduk adonan membutuhkan waktu dan tenaga tinggi agar adonan berubah menjadi kental dan berwarna coklat tua. Adonan dodol diaduk menggunakan kuali besar yang ditaruh di atas tungku api. Dengan panasnya tungku, kekentalan dodol menjadi rata. Besarnya api pun harus hati-hati, karena api yang terlalu besar dapat membuat dodol gosong, dan asap terlalu banyak dapat diserap oleh adonan, menghasilkan dodol yang tidak sedap.

Karena proses pembuatan yang sulit dan lama, makin sedikit pengusaha yang memilih untuk membuat dan menjual dodol Betawi. Tak heran, dodol Betawi kini semakin langka. Walau begitu, ketenaran camilan ini tidak pudar, dan tetap menjadi rajanya kue di perayaan Idul Fitri bagi warga Betawi maupun Jakarta.

(https://resepdanmasakan.com)

Gulai Nangka Medan

Jika berkunjung ke Medan pada saat Lebaran, hidangan favorit yang muncul di mana-mana pasti gulai nangka. Seperti namanya, gulai nangka menggunakan nangka muda sebagai bahan utamanya, yang kemudian dimasak dengan daging iga, santan dan bumbu gulai. Kadang, gulai nangka juga dilengkapi oleh potongan kacang panjang. Bumbu gulai yang digunakan mirip dengan bumbu gulai pada umumnya, yaitu ketumbar, cabe merah, bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe dan lengkuas.

Untuk menambah selera, gulai nangka biasa dihidangkan dengan ketupat, oseng-oseng bihun, serundeng, tahu kering, tempe orek, dan sambal pedas. Menu gurih dan lezat yang menggoyang lidah ini merupakan menu turun temurun masyarakat Melayu di Medan. Biasa dinikmati warga Medan sesudah shalat Idul Fitri, hidangan gulai nangka merupakan pelengkap momen kebersamaan keluarga yang begitu dinanti-nanti setiap tahunnya.

Kue Maksuba Palembang

Kota Palembang ternyata tidak hanya identik dengan pempek saja. Selain pempek yang merupakan makanan gurih, ada juga kue legit nan manis yang begitu dicintai warga Palembang dan seolah-olah menjadi primadona di kala Lebaran, yaitu kue maksuba. Berwarna kuning kecoklatan, dengan lapisan yang membentuk garis-garis, kue maksuba sekilas memang mirip kue lapis legit. Namun jangan salah, soal rasa dan tekstur, kue maksuba lebih lembut, kenyal dan meleleh di mulut.

Tekstur sedemikian rupa itu dicapai dengan menggunakan telur yang banyak. Satu loyang ukuran 20cm x 20cm dapat menghabiskan 20 butir telur. Selain telur, bahan lainnya adalah susu, margarin, dan tepung terigu.

Proses pembuatannya pun membutuhkan kesabaran tinggi. Lapisan demi lapisan harus dibentuk dengan ketelitian penuh selama pemanggangan berlangsung. Karena rumitnya proses pembuatan, harga kue maksuba dibandrol tinggi, seharga Rp120.000 jika menggunakan telur ayam dan Rp300.000-Rp500.000 jika menggunakan telur bebek.

Karena itulah, bagi warga Palembang, memberi atau menyuguhkan kue maksuba di saat Lebaran identik dengan menunjukkan rasa hormat kepada tamu yang datang.