Buka Puasa dalam Dunia Sepak Bola

BREMEN, GERMANY - MARCH 30: Moussa Niakhate of Mainz disappointed during the Bundesliga match between SV Werder Bremen and 1. FSV Mainz 05 at Weserstadion on March 30, 2019 in Bremen, Germany. (Photo by Oliver Hardt/Bongarts/Getty Images)

Tradisi menunaikan ibadah puasa dirayakan di seluruh dunia dalam berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali olahraga atau dalam hal ini, sepak bola. 

Meskipun lama waktu ibadah puasa berbeda di berbagai belahan dunia, satu hal yang pasti adalah ibadah puasa berlangsung dari waktu matahari terbit hingga matahari terbenam. Pemain bola profesional yang bermain di liga-liga elit dunia tidak terkecuali dari peraturan selama bulan Ramadan ini, termasuk dalam hari ketika mereka harus bertanding. Contoh pemain bola top yang berpuasa selama bulan Ramadan antara lain adalah Mohammed Salah dan Sadio Mane dari Liverpool, Karim Benzema dari Real Madrid, serta N’Golo Kante dari Chelsea. 

Ketika berpuasa, jelas bahwa pemain mengalami penurunan dalam asupan gizi. Menurut Profesor Karim Chamari dari International Soccer Science & Performance Federation (ISSPF), pemain yang berpuasa mengalami penurunan performa ketika bermain dalam sebuah pertandingan. Selain penurunan performa yang bisa terlihat bahkan sejak babak pertama, ada juga efek lain seperti tingkat kelelahan di penghujung pertandingan, penurunan jumlah glikogen dalam otot, dan tentu saja, dehidrasi. 

Oleh karena itu, pemain sepak bola profesional yang berpuasa saat bulan Ramadan direkomendasikan untuk mengatur kebiasaan makan dan latihan, antara lain dengan mengatur diet bukan hanya saat hari pertandingan, tapi juga saat hari-hari latihan, serta simulasi pertandingan saat Ramadan saat latihan. 

Meskipun pemain beragama Islam tetap berpuasa saat hari pertandingan, ada pula saatnya dimana pemain diperbolehkan untuk berbuka puasa di tengah pertandingan apabila pertandingan berlangsung pada waktu petang. Meskipun relatif baru dalam penerapannya, pengecualian ini mendapat perhatian dan respon positif baik dari komunitas Muslim maupun non-Muslim. 

Pada bulan April 2021, dalam pertandingan Leicester City melawan Crystal Palace di Liga Inggris, pertandingan dihentikan dalam menit ke-34 agar pemain Leicester, Wesley Fofana, bisa berbuka puasa. Setelah berbuka dengan meminum air, Fofana langsung melanjutkan pertandingan yang akhirnya dimenangkan Leicester dengan skor 2-1. Fofana pun mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada Liga Inggris, Crystal Palace, dan Leicester City di media sosial Twitter. Fans Leicester juga mengungkapkan rasa kagum mereka kepada Fofana yang bertanding ketika sedang berpuasa. 

Lebih baru lagi, pada hari Sabtu (16/04/2022) di Liga Jerman, pertandingan antara Mainz dan Augsburg dihentikan oleh wasit Matthias Jollenbeck pada menit ke-65 agar Moussa Niakhate dari Mainz bisa berbuka puasa. Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah Liga Jerman pertandingan dihentikan oleh wasit agar pemain bisa berbuka puasa. 

Tentu saja, sikap toleransi dari berbagai badan sepak bola selama bulan Ramadan adalah sebuah perkembangan positif selama bulan suci ini. Namun tidak hanya itu, apresiasi yang tinggi patut diberikan kepada pemain yang tetap bertanding meskipun sedang berpuasa. Salut! 

Teks: Jason Ngagianto 

Foto: Berbagai sumber