Yang Muda, Yang Begerak dan Membawa Perubahan

Peristiwa deklarasi Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 menjadi momentum bersejarah sekaligus ikon atas besarnya peran pergerakan pemuda Indonesia bagi bangsa dan negara ini. Hingga hari kini, semangat Sumpah Pemuda terus membakar jiwa anak-anak muda Indonesia dan terwujud dalam berbagai cara. Yahya Zakaria, misalnya. Pemuda asal Jakarta yang akrab disapa Zacky ini memiliki passion untuk mengembangkan Bahasa Indonesia di kancah internasional. Lain lagi dengan Rezlie Adli Putri yang memiliki mimpi mewujudkan perubahan sosial di bidang pendidikan demi generasi penerus bangsa yang lebih baik dan mampu mengikuti perkembangan dunia.

Menggeluti Bidang Pendidikan

Baik Zacky maupun Rezlie menemukan motivasi untuk berkontribusi dalam perubahan Indonesia karena pernah terjun langsung di bidang yang mereka minati. Zacky, misalnya, memulai perjalanan kariernya sebagai pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) bermula ketika tengah mengenyam pendidikan S1 jurusan Bahasa Inggris di STBA LIA, Jakarta Selatan. Ketika itu, ada beberapa mahasiswa asing dari beberapa negara yang mendapatkan program beasiswa untuk belajar selama dua semester di kampusnya. Ia pun berkesempatan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada para mahasiswa asing itu. Melalui kegiatan cross-cultural understanding tersebut, Zacky merasa menemukan cara untuk mengenalkan Indonesia secara lebih dekat, sekaligus ia sendiri merasakan manfaat untuk bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan lebih lancar.

Di tahun 2013, Zacky mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program Study of the United States Institutions (SUSI), yang memberikan banyak pembelajaran baru baginya terkait media dan jurnalisme. Kala itu, Zacky sudah mulai merintis kanal Youtube yang berjudul “Learn Real Bahasa Indonesia”.

“Saya merasa sumber materi pembelajaran Bahasa Indonesia bagi orang-orang yang ingin mempelajari bahasa kita masih terbatas dibandingkan dengan bahasa-bahasa asing lainnya,” katanya. Karena itulah ia kemudian mengunggah video berisi penjelasan materi pelajaran Bahasa Indonesia melalui akun Youtube miliknya. Zacky kemudian mengasah kemampuannya sebagai seorang guru di program Language Assistant Program (LAP) di Perth pada tahun 2015. Pada kesempatan ini, ia membantu proses pengajaran pada sekolah dengan konsep ‘School of Isolated and Distance Education’ yang menjangkau area di negara bagian Western Australia. Program pendidikan jarak jauh yang diterapkan di sekolah ini dilakukan dengan menggunakan pos, siaran radio, telepon, dan internet.

Berbeda dengan Zacky, Rezlie Adli berkecimpung di dunia youth activism sejak tahun 2016. Ketika itu ia menjadi sukarelawan untuk mengajar anak-anak usia dini yang bertempat tinggal di rumah liar di Batam, Indonesia. “Sejak saat itu, saya mulai ada ketertarikan sendiri untuk mengikuti komunitas-komunitas sosial terutama yang berhubungan dengan pendidikan anak-anak,” katanya. Minatnya tersalurkan ketika ia berkuliah di William Angliss Institute, Melbourne dan bergabung dengan PPIA Victoria. Organisasi mahasiswa Indonesia di Victoria ini menggagas sebuah program bernama Ilmu untuk Anak Bangsa (IUAB). Program ini bertujuan membangun dan mengembangkan kapasitas generasi penerus bangsa Indonesia. Fokus IUAB 2018 adalah untuk melengkapi kebutuhan pendidikan anak-anak di Raja Ampat, Papua, baik secara infrastruktur maupun kualitas materi pembelajaran, melalui pengajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris serta pembangunan rumah pintar.

“Standar dan sarana pendidikan yang masih rendah di beberapa daerah di Indonesia menjadi isu yang memprihatinkan dan menghambat anak-anak bangsa untuk mencapai mimpi mereka,” kata Rezlie. Karena itulah, IUAB diadakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih belum menjangkau seluruh daerah. “Target dari IUAB bukanlah hanya anak-anak dan generasi muda, namun juga para warga lokal di Raja Ampat demi mengembangkan potensi turisme di Raja Ampat,” katanya lagi.

Serius Bergerak

Sepulang dari program LAP di Perth yang berdurasi 1 tahun, Zacky merasa bahwa media digital membantunya mengembangkan passion mengajar Bahasa Indonesia. Ia lalu mulai benar-benar serius untuk terjun di bidang ini dan memanfaatkan teknologi Skype untuk mencari siswa-siswanya yang berasal dari Australia, Jerman, juga berbagai negara di Amerika dan Afrika. Selama kurang lebih 10 bulan, ia mengembangkan materi pengajaran dan dapat mengajar hingga delapan kelas per harinya secara online. Walaupun pekerjaannya yang ia lakoni saat itu sangat menyita waktunya dan membuat ia lebih sering menghabiskan waktunya di depan layar komputer, namun ia mengaku sangat menikmatinya.

Sementara itu, Rezlie  dan  IUAB yang ditanganinya sedang dalam proses penggalangan dana untuk pembangunan rumah pintar yang terletak di Kampung Kurkapa, Pulau Mansuar, Raja Ampat. Proses penggalangan dana dilakukan melalui website penggalangan dana, promosi melalui sosial media, dan beberapa media partner. “Rencananya, rumah pintar akan mulai dibangun pada awal Oktober 2018 nanti,” kata gadis asal Batam ini. Sementara itu, dari segi program pengajaran, para sukarelawan IUAB yang berjumlah 24 orang sedang dalam proses pelatihan mengajar.

Rezlie menyampaikan, IUAB mendapatkan respon hangat dari masyarakat di Australia maupun Indonesia. “Program kerja kami juga didukung oleh Pemerintah daerah Raja Ampat, Kementrian Pariwisata Indonesia, dan juga masyarakat lokal di tempat yang akan kami tuju,” paparnya.

Kekuatan Pemuda

Bagi Rezlie, pemuda Indonesia mempunyai peran besar bagi perubahan sosial dan kemajuan bangsa Indonesia. “Baik maupun buruknya suatu negara terlihat dari kualitas generasi mudanya sebagai agen pembangun suatu negara,” katanya. Karena itu, tambahnya, para pemuda harus sadar pentingnya pendidikan untuk suatu keberhasilan bangsa dan negara. “Namun, seiring berkembangnya teknologi, kita para pemuda Indonesia juga harus lebih menjunjung tinggi rasa nasionalisme dan tidak melupakan identitas kita sebagai warga negara Indonesia.”

Pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa pun mendorong Zacky melanjutkan kuliah di jurusan Master of Education in Digital Learning, Monash University, sejak 2017 lalu. Kesibukannya sebagai mahasiswa ternyata tak menghambatnya untuk terus menjalankan activism yang selama ini telah ia geluti. Ia mendapat kesempatan untuk mengajar Bahasa Indonesia selama satu semester di kampusnya, juga aktif mengambil bagian sebagai fasilitator pada kegiatan ‘Berbahasa’ yang diadakan oleh PPIA Monash University. “Buat saya, meskipun saya harus mengorbankan waktu luang, apa yang saya lakukan ini tidak hanya berguna buat saya tapi juga orang lain, institusi lain baik di Indonesia maupun Australia,” kata Zacky yang kebetulan lahir bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda, yaitu 28 Oktober.

Zacky dan Rezlie adalah contoh pemuda yang menggeluti bidang sesuai minatnya dan menjadikan kegiatannya sebagai sarana menuju perubahan positif. Seperti kata Bung Karno, “Seribu orang tua bisa bermimpi, namun satu anak muda bisa mengubah dunia.”

Teks: Pratiwi Utami dan Destari P Pertiwi

Foto: Windu Kuntoro, Yahya Z, Rezlie A