The Ides of March

Ungkapan “The Ides of March” sebenarnya sudah ada sejak kapan-kapan, terutama di kalangan bangsa Romawi, namun kemudian menjadi mashur berkat kelihaian pena pujangga Inggris William Shakespeare (1564-1616), yang menukilkannya dalam karya agungnya ”Julius Caesar”, salah seorang kaisar terkemuka di zaman Romawi.

Syahdan, begitu menurut Shakespeare, yang meramu fakta sejarah menjadi karya fiksi yang penuh dengan bumbu-bumbu kesusasteraan menggiurkan yang payah dicari tolok bandingnya, Kaisar Romawi Julius Caesar, di tengah-tengah puncak kejayaannya dalam tahun 44 BC (Sebelum Era Kristiani), konon pernah diperingatkan oleh seorang ahli nujum agar hati-hati pada pertengahan bulan Maret (The Ides of March).

Namun Julius Caesar yang begitu PD pada kemampuan dan capaiannya waktu itu menepis segala takhayul tadi, dan bahkan ketika tiba pertengahan bulan Maret tahun 44 BC, Julius Caesar mengejek sang ahli nujum (lagi-lagi menurut Shakespeare) dengan menghardik:

“Pertengahan Maret sudah tiba!”

“Benar,” kata sang ahli nujum, “namun belum berakhir.”

Dan Julius Caesar pun dengan yakinnya meneruskan perjalanannya ke Senat (meski konon telah diperingatkan, antara lain, oleh isterinya Calpurnia agar hari itu lebih baik di rumah saja, jangan ke Senat). Namun Julius Caesar, seorang penguasa dan panglima yang sangat hebat, yang strategi peperangannya sampai sekarang masih diajarkan di berbagai akademi militer di dunia) sama sekali tidak mengindahkan tenungan sang ahli nujum  dan desakan isterinya.

Singkat cerita, ketika berada di Senat itulah, ia diasasinasi oleh sahabat yang dianggapnya sebagai anak pungutnya, Marcus Brutus, serta mereka yang sebelumnya memang kurang senang dengan Julius Caesar.

Itu terjadi di pertengahan (tgl 15) bulan Maret tahun 44 BC.

Memang banyak peristiwa bersejarah yang terjadi dalam bulan Maret.

Banyak Umat Kristen yang merayakan “Annantiatio” yang jatuh pada tanggal 25 Maret, suatu  hari yang diyakini sebagai awal berseminya bibit Yesus Kristus dalam rahim Bundanya, Maria, dan genap sembilan bulan kemudian, 25 Desember, lahirlah Bayi Yesus.

Itulah salah satu sebab dirayakannya tanggal 25 Desember sebagai Hari Natal.

Bulan Maret juga pernah dianggap sebagai bulan pertama dalam penanggalan Romawi.

Bagi Indonesia tanggal 1 Maret 1949 dikenal sebagai salah satu hari bersejarah dalam perjuangan kemerdekaan R.I. karena pada hari itulah laskar rakyat melancarkan serangan fajar menghajar Belanda di Yogyakarta. (Alm) Jenderal Besar (P) Suharto mengaku dialah yang memimpin serangan tersebut, sementara seorang Kolonel bernama Latief menyatakan bukan Suharto melainkan dirinyalah yang memimpin serangan tersebut.  Bak kata orang keberhasilan itu banyak bapaknya, sementara kegagalan adalah yatim piatu (artinya banyak yang suka mengaku sebagai pelaku keberhasilan, sementara tidak ada atau jarang yang mau mengaku sebagai pelaku kegagalan).

Dalam opini ini sebenarnya yang hendak penulis tuturkan adalah soal ramal-meramal, seperti yang pernah dilakukan seorang ahli nujum dalam tahun 44 BC.

Ternyata tidak sedikit orang, bahkan di Barat, yang begitu percaya sama takhayul.

Di Amerika, sebuah negara dan bangsa yang mengaku paling modern dan paling hebat, masih saja ada kepercayaan pada takhayul.

Misalnya, seseorang presiden yang terpilih dalam tahun yang bisa dibagi dengan 20, niscaya tidak akan selamat dalam menjalankan masa tugasnya. Ada yang meninggal karena sakit banyak pula yang tewas dibunuh.

Inilah daftar presiden Amerika yang terpilih dalam tahun yang dapat dibagi dengan 20 yang meninggal sebelum menyelesaikan masa jabatannya.

1840 … William Henry Harrison

1860 … Abraham Lincoln 

1880 … James A. Garfield

1900 … William McKinley

1920 … Warren G. Harding

1940 … Franklin D. Roosevelt

1960 … John F. Kennedy

Sebenarnya masih ada lagi Presiden Ronald Reagan, yang terpilih dalam pilpres 1980 dan sempat diterjang peluru asasin namun selamat.

Presiden Reagan, terutama isterinya, Nancy, sangat percaya pada ramalan bintang/horoskop, sampai-sampai, begitu didesasdesuskan, Reagan pernah ingin mengubah ejaan nama keluarganya. Sebabnya? Nama resminya adalah Ronald Reagan. Baik Ronald maupun Reagan masing-masing terdiri atas enam huruf, dan bagi banyak orang di Barat, angka enam dianggap lambang setan, sementara di kalangan bangsa Tionghoa angka empat dianggap sial). Konon Reagan tidak nyaman dengan ejaan namanya yang terdiri dari enam huruf itu, hingga ia, konon, sempat mempertimbangkan untuk mengubah ejaan namanya menjadi REGAN – dilafalkan sama namun hurufnya berkurang satu, tinggal lima. Wallahu a’lam.

Dalam soal ramal-meramal, banyak orang di Indonesia yang meyakini Babad Joyoboyo dan Ronggowarsito, sementara banyak pula orang di Eropah yang begitu takjub akan kehebatan peramal Nostradamus yang ramalan-ramalannya disusun sedemikian rupa hingga bisa dicocokkan ke kejadian mana saja.

Karena Februari lalu menurut penanggalan Tiongkok bermulanya Tahun Anjing Tanah, maka tidak sedikit pakar fengshui di Indonesia yang membuat ramalan untuk setahun ke depan.

Antaranya Tiyono Hosien dari Kalimantan, yang antara lain meramalkan:

“Peruntungan di tahun anjing tanah bakal makin sulit. Persaingan, ketidakstabilan ekonomi, daya beli rendah, hingga serbuan barang impor diprediksi semakin menjadi.”

Menurutnya, dalam setahun ini akan terjadi kemunduran bisnis.

Selain itu, Hosien juga memprediksi di tahun anjing tanah ini akan banyak terjadi bencana. Seperti banjir, angin puting beliung, longsor, hingga kebakaran.

Namun tidak sedikit pula cerdik cendikiawan yang mencemooh segala ramalan bintang yang sampai sekarang diyakini oleh begitu banyak orang. Lihat saja majalah-majalah dan koran-koran tabloid di Australia ini yang begitu rajin dan ta’atnya memuat horoskop dalam setiap edisinya.

Seorang cendikiawan, dalam upayanya untuk mencemooh kepercayaan pada ramalan-ramalan bintang yang diyakini begitu banyak orang, mengatakan, seorang kaisar Romawi yang dikenal sangat bengis dan bersikap tanpa belas kasihan, pernah jengkel terhadap peramalnya dan menitahkan agar peramal tersebut dipenggal kepalanya. Namun sebelum sang peramal dibawa ke tempat pemenggalan, sang kaisar bertanya:

“Beritahukan kepadaku, kapan aku akan mati?”

“Sehari setelah aku mati,” jawab sang peramal.

Akhirnya dia selamat, karena tidak jadi dipenggal kepalanya.

Konon Adolf Hitler, diktator Nazi, pernah bertanya kepada peramalnya:

“Kapan aku akan mati?” 

“Tuan akan mati pada hari raya Umat Yahudi,” begitu sang peramal menjelaskan.

“Ya, tapi hari raya yang mana?” tanya Hitler lagi.

“Kapan saja Tuan mati, maka Umat Yahudi akan berhari raya” jelas sang peramal.

Sejarah menyebutkan bahwa Adolf Hitler pernah melakukan apa yang disebut “holocaust” yang mengakibatkan sekitar enam juta orang Yahudi tewas.

Di Melbourne ini saja sering kita temukan peramal yang menawarkan jasa-jasanya untuk menenung nasib anda. Di antaranya yang mengaku mampu melakukan “tarot reading” atau “palm reading”. Dan bahkan bisa lewat telefon atau online. Dengan bayaran, tentunya.

Di Indonesia banyak kalangan, termasuk sejumlah kiai yang yakin akan kemampuan Presiden R.I. ke-4, Abdurrahman Wahid (alm) dalam melakukan ramalan.

Beliau (alm) dikisahkan pernah membuat TUJUH ramalan, yang sejauh ini ternyata sebagian besar telah menjadi kenyataan.

Misalnya, begitu dikatakan, almarhum pernah meramalkan tentang akan jatuhnya Jenderal Besar Suharto – yang kemudian memang terjadi. Lantas ia meramalkan tentang dirinya akan jadi presiden, dan itu pun menjadi kenyataan, meski ia sempat dimakzulkan di tengah jalan. Gus Dur, begitu menurut beberapa Gusdurian (pengikut dan pengagum almarhum) juga pernah meramalkan bahwa Joko Widodo akan menjadi presiden, dan ramalan ini terpenuhi; lalu Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, bukan saja akan menjadi gubernur (Ahok sempat memangku jabatan Gubernur DKI Jakarta Raya), melainkan juga, sebagai ramalan ke-7 Gus Dur, Ahok akan menjadi Presiden R.I.

Presiden yang ke berapa?

Gus Dur tidak menyebutkannya secara khusus, meski sementara pengamat mensinyalir kini sedang gencar dilakukan persiapan oleh kubu Ahok untuk memunculkan kejutan besar dalam waktu singkat.

Kapan? Wallahu a’lam.#

Teks : Nuim Khaiyath