The Hero of My Life Siapa pahlawan dalam hidupmu?

Ketika diberikan pertanyaan seperti itu, pasti ada banyak ragam jawaban yang akan keluar dari mulut kita. Tentu saja, karena pahlawan bagi seseorang mungkin akan berbeda dengan yang lainnya. Tapi, sebelum membahas ke sana? Memangnya, apa sih yang disebut dengan pahlawan? Apa sih yang membuat seseorang bisa disebut pahlawan?

OZIP edisi November mencoba menggali jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dari anak-anak Indonesia yang ada di Victoria. Di sampul OZIP kali ini, ada Jean-Pierre White atau JP, Satria dan Ivy Luttick, Salsabil Zahra, dan Isabella Raisa Clee. Kelimanya adalah anak-anak berdarah campuran Indonesia-Australia yang tinggal bersama orangtuanya di Negeri Kanguru ini. Mengapa anak-anak yang dijadikan bintang sampul OZIP kali ini? Sebab bagi orang-orang dewasa saat ini, anak-anaklah yang akan menjadi pahlawan, meneruskan kehidupan ini di masa depan. Lalu, bagaimana anak-anak ini memaknai sosok pahlawan?

Bagi kelima anak ini, pahlawan dalam hidup mereka adalah “Mommy”. Ibu, kata mereka, pahlawan terbesar karena ibulah yang peduli, menyayangi, dan merawat mereka. JP menambahkan bahwa sosok ibu merupakan pahlawan baginya karena hati yang baik, menyenangkan, “and she’s an excellent cook,” kata JP. Ibu, menurut Isabella, adalah seseorang yang selalu ada bagi anaknya. Salsabil bahkan memandang ibunya serupa Wonder Woman. Bukan hanya karena sang ibu memiliki nama yang sama dengan nama asli karakter superhero tersebut – Diana, namun juga karena menurutnya ibunya suka membantu orang lain.

Saat ditanya hal apa saja yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi seorang pahlawan, anak-anak ingin menjawab bahwa seseorang haruslah sehat, kuat, dan berani untuk menjadi pahlawan. Menurut JP, pahlawan adalah mereka yang suka menolong orang lain tanpa pamrih, membantu keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Selain itu, “you need a good exercise to be a hero,” kata Satria, yang kemudian ditambahkan dengan “and you have to be nice,” oleh Ivy, adiknya. Lain lagi dengan Isabel, yang menyatakan bahwa seseorang dapat disebut pahlawan ketika ia mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingannya. “A hero is someone who is unselfish,” katanya.

Lalu, seandainya mereka bisa jadi seorang superhero, kemampuan super apa yang ingin mereka miliki? Salsabil dan JP menjawab sama: kekuatan penyembuh, “so I can help sick people,” ujar JP. “I want to be a superdoctor!” seru Salsabil.

Berbeda dengan mereka, Ivy ingin bisa terbang dan Satria ingin punya kemampuan superscanning. Ia ingin agar matanya bisa memindai apakah seseorang di hadapannya adalah bad guy atau bukan. Sementara, Isabella tak berkeinginan memiliki superpower. Alih-alih, ia hanya ingin membantu orang-orang di dunia agar memiliki hati yang baik. Ia ingin memiliki kemampuan untuk mendorong seseorang untuk percaya pada dirinya sendiri. “I want to make people smile, even in the darkest time. Even during something so bad where you can at least help that person stays strong,” tambahnya.

Anak-anak ini bertutur lugas memberikan pandangannya atas sosok seorang pahlawan. Mungkin terlihat lugu, namun jawaban itu adalah kata-kata jujur yang datang dari hati: rasa terima kasih mereka atas pahlawan dalam hidupnya, juga harapan dan keinginan untuk dapat membantu orang lain dalam hidupnya.

Teks: Pratiwi Utami

Foto: Windu Kuntoro