Teman Safe Travel Kiat Berpergian Pasca COVID-19

Menyambut dibukanya perbatasan internasional pada tanggal 21 Februari 2022, Komunitas Teman Mama bersama Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) Australia mengadakan webinar Teman Safe Travel yang memiliki tujuan berbagi informasi seputar perjalanan internasional pasca COVID-19. 

Diadakan pada hari Minggu (13/2/2022), webinar ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama membahas protokol kesehatan dan sistem karantina yang harus diperhatikan ketika berpergian antara Australia dan Indonesia. Sementara itu, sesi kedua menekankan persiapan vaksinasi ibu dan anak yang menjadi salah satu syarat untuk berpergian ke luar negeri. 

Bpk. Sugihartono

Sesi pertama dipandu oleh Sugihartono atau yang kerap disapa Pak Sugi dari Fungsi Protokol dan Konsuler KJRI Melbourne serta Dr. Sonny Harry B. Harmadi selaku Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19. Di sisi lain, sesi kedua dipimpin oleh Dr. Piprim Basrah Yanuarso, Ketua Umum PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bersama Dr. Erika Mustika, seorang dokter keluarga yang berbasis di Victoria. 

“Pandemi membutuhkan solusi dan perubahan besar dalam tatanan individu, nasional, maupun global,” jelas Sugi dalam pemaparannya mengenai protokol perjalanan internasional. 

Protokol kesehatan dan berpergian yang dijelaskan Sugi antara lain adalah empat syarat masuk Australia melalui Melbourne/Victoria bagi WNA, yaitu vaksinasi dua kali, hasil negatif test PCR paling lama 72 jam menuju Victoria, Australian Travel Declaration 7 hari sebelum berangkat Australia, dan karantina mandiri di hotel selama 72 jam serta test PCR atau Antigen 24 jam setelah sampai di Victoria. 

“Jika hasil tes PCR atau Antigen positif, maka harus melakukan karantina mandiri selama 7 hari sampai mendapatkan hasil test negatif,” lanjut Sugi. 

Di samping informasi protokol berpergian, Sugihartono juga membagikan beberapa hal yang harus diperhatikan untuk berpergian selama COVID-19, seperti mempersiapkan paspor, visa, asuransi perjalanan, sertifikat vaksin, dan hasil test PCR negatif. 

Dr. Sonny

Selanjutnya adalah presentasi Dr. Sonny yang dibuka dengan sejumlah data yang berhubungan dengan penyebaran Omicron di Indonesia: jumlah kasus, bed occupancy rate, dan tingkat transmisi lokal. 

“Ciri-ciri varian Omicron adalah tingkat penularan tinggi dengan kecenderungan gejala rendah,” jelas Dr. Sonny. “Meskipun tidak separah [varian] Delta, Omicron tetap tidak bisa dianggap ringan. Omicron tidak seperti flu biasa karena lebih mungkin membuat anda dirawat di rumah sakit.” 

Oleh karena itu, Dr. Sonny menjelaskan upaya-upaya yang dilaksanakan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi penyebaran varian Omicron, antara lain upaya pencegahan di hulu seperti strategi berlapis berupa larangan berpergian dan PPKM, serta upaya mitigasi puncak Omicron seperti vaksinasi dan penegakan protokol kesehatan. 

Selain itu, Dr. Sonny juga menjelaskan protokol kesehatan memasuki Indonesia. “Persiapkan visa dan bukti pemesanan dan pembayaran tempat karantina dan akomodasi selama di Indonesia,” jelasnya. 

“Virus ini akan terus berkembang, dan biasanya varian baru muncul saat terjadi lonjakan kasus,” pungkas Dr. Sonny. “Oleh karena itu, kita harus berupaya menahan sebisa mungkin agar tidak terjadi lonjakan kasus agar tidak muncul varian baru.” 

Dr. Piprim

Beralih ke pentingnya vaksinasi ibu dan anak sebelum berpergian, Dr. Piprim mengimbau masyarakat untuk tidak panik terhadap penyebaran varian Omicron. “Omicron meskipun sangat menular, tapi yang lebih sering diserang adalah saluran pernapasan atas,” jelasnya. “Bisa menimbulkan batuk, pilek, dan meriang, tapi jarang sekali menyerang saluran pernapasan bawah.” 

Bila anak terlihat memiliki gejala varian Omicron, Dr. Piprim menyarankan penggunaan metode cocooning, di mana lingkaran terdekat anak seperti orang tua dan saudara segera mendapatkan vaksinasi lengkap dan mengenakan protokol kesehatan. Di saat yang bersamaan, Dr. Piprim juga mengimbau observasi terhadap gejala yang dimiliki anak untuk tanda-tanda kegawatan. 

Perihal vaksinasi dan rekomendasi vaksin untuk anak-anak Indonesia, Dr. Piprim mengatakan “vaksin yang baik adalah vaksin yang tersedia”. “Ikuti apa yang tersedia di daerah itu, apapun yang ada, kalau sudah ada,” jelas Dr. Piprim mengenai vaksin untuk anak. 

Senada dengan Dr. Piprim, Dr. Erika juga menekankan pentingnya persiapan sebelum perjalanan ke luar negeri di samping vaksinasi, seperti konsultasi kesehatan. “Kita perlu melihat vaksin yang diperlukan di samping konsultasi kesehatan,” tukas Dr. Erika. “Konsultasi kesehatan lumayan sulit selama dua tahun ke belakang karena orang hanya ingin di rumah karena COVID.” 

Berangkat dari situasi tersebut, Dr. Erika menyarankan bahwa konsultasi kesehatan sebaiknya dilakukan 3-6 bulan sebelum melakukan perjalanan, untuk berjaga bila ada masalah kesehatan yang terlewat dari pemeriksaan sebelumnya. 

“Hal seperti ini dilakukan sebelum travel agar tidak keteteran,” kata Dr. Erika. 

Teks dan foto: Jason Ngagianto