Tati Carlin,Membawa Garang Asem dan Rempeyek ke Masterchef Australia

Saat mendaftar sebagai peserta Masterchef Australia 2019 bulan Oktober tahun lalu, Tati Carlin tidak pernah menyangka ia akan sampai di peringkat sembilan besar. “Saya mendaftar tanpa ambisi apa-apa, I got nothing to lose,” kata wanita asal Banjarnegara, Jawa Tengah ini. Tati tereliminasi di minggu kesepuluh, namun ia senang karena sudah berkesempatan memperkenalkan masakan Indonesia seperti Pepes Ikan, Garang Asem, Gado-Gado, Mie Ayam, Nasi Bakar, sampai Risoles dan Rempeyek Kacang.

Hobi memasak 

Wanita yang sudah tinggal di Australia sejak 11 tahun lalu ini memang suka memasak. “Jika ada teman-teman lokal Australia yang datang ke rumah, selalu saya suguhi masakan Indonesia,” katanya. Mark Carlin suaminya, juga teman-teman dekatnya, sudah sering mendorong Tati untuk mencoba berpartisipasi di ajang Masterchef Australia. “Tapi dulu saya nggak pede, rasanya kok jauh sekali kemampuan saya dengan kontestan Masterchef yang saya lihat di televisi,” ujar Tati yang tinggal di daerah Sassafras, sekitar 46 kilometer dari Kota Melbourne.

Akhir tahun 2018, Tati memutuskan mendaftarkan diri secara online. Ia mengakui bahwa ia tidak mempersiapkan apa-apa untuk mengikuti kompetisi kecuali untuk audisi. Karena itulah, ketika mengetahui bahwa juri menyukai Sate Ayam-Roti Jala yang dimasaknya saat audisi dan menjadikannya salah satu dari Top 24 Masterchef Australia 2019, Tati merasa sangat bersyukur. “Soalnya ada kontestan lain yang sudah mencoba mendaftar sampai berkali-kali tapi ditolak terus, dan selama belum keterima itu mereka latihan dan latihan, menempa dirinya. Jadi saya sangat bersyukur saya bisa lolos audisi,” ujarnya lagi.

Sebelum menjadi peserta Masterchef Australia 2019, Tati sempat bekerja cukup lama di bidang perhotelan, terutama di bagian front office. Hingga ia mendaftarkan diri ke kompetisi memasak paling diminati se-Australia ini, ia bekerja sebagai resepsionis di sebuah klinik kesehatan lokal di Sassafras.

Tantangan terberat

Membawa misi memperkenalkan masakan Indonesia ke audiens internasional, Tati bertekad sebisa mungkin ia akan membuat masakan Indonesia atau setidaknya Asia, entah apapun challenge yang diberikan oleh juri. Namun, ia menghadapi sejumlah tantangan. 

Tantangan tersulit adalah ketika menghadapi Mystery Box Challenge. Di tantangan ini, peserta harus bisa menyajikan masakan hanya menggunakan bahan-bahan yang sudah ditentukan. “Ini membuat saya pusing karena bahan dan rempah-rempah sangat terbatas sementara masakan Indonesia itu ubo rampe-nya banyak, perlu bumbu macam-macam,” kenangnya. Menurutnya, dalam menghadapi Mystery Box Challenge, kreativitas peserta sangat diuji. “Sementara dengan usia yang hampir 50 tahun, bagi saya sulit untuk berpikir out of the box. Saya sudah sangat terbiasa dengan cara masak yang memerlukan bumbu yang banyak,” terangnya lagi. 

Akan tetapi, di episode Invention Test atau Elimination Test, Tati merasa lebih punya kesempatan untuk bersinar. “Sebab, umumnya di kedua challenge itu kita lebih bebas memilih bahan baik yang ada di pantry maupun garden.” 

Menghadapi tantangan seperti yang ada di kompetisi, Tati harus paham cita rasa yang ia kuasai dan the balance of flavours secara umum. “Jadi dalam satu masakan, harus ada keseimbangan rasa asam, pedas, asin, manis, dan sebagainya. Inilah yang saya jadikan pegangan ketika saya harus memasak dengan bahan dan waktu terbatas,” ujarnya. Usahanya tak sia-sia, karena Tati sendiri sempat membuktikan kemampuannya memasak sekaligus kelezatan kuliner Indonesia. Ia menyajikan Menu Garang Asem dan Rempeyek Kacang ke hadapan Matt Preston, Gary Mehigan, dan George Calombaris di episode Secret’s Week, dan ketiga juri memuji masakannya.

Setelah Masterchef Australia 2019 

Tereliminasi dari Masterchef Australia 2019 tidak membuat Tati berputus asa, ia justru sangat mensyukuri kesempatan yang ia dapatkan selama kompetisi. Tak hanya pengalaman dan kemampuan memasak yang bertambah, ia juga merawat persahabatannya dengan sesama kontestan dan juri. Lebih dari itu, Tati merasa amat bangga bahwa masakan Indonesia bisa semakin dikenal lewat kompetisi Masterchef Australia 2019. Apalagi, acara yang disiarkan oleh Channel 10 ini ditayangkan tidak hanya di Australia tapi juga negara-negara lain termasuk Inggris dan India. “Jadi saya sangat senang bisa memperkenalkan kuliner Indonesia ke masyarakat internasional.”

Masterchef Australia 2019 juga membuka pintu yang lain bagi Tati. Ia ditawari bekerja di Proserpina Bakehouse Sassafras, yang dimiliki oleh Chef Gary Cooper. “Saya ingin bekerja dengan orang yang bisa mengajari saya semakin banyak hal, dan Gary Cooper memberikan kesempatan itu kepada saya,” jelasnya. Di Proserpina Bakehouse, Tati masuk kerja setiap Senin dan Rabu. “Saya memasak kari di sana, dan tersedia setiap Kamis, Jumat, dan Sabtu.”

Tati juga berencana menggelar pop-up cooking event dan cooking class. Agenda pop-up yang terdekat adalah kolaborasinya dengan dua kontestan Masterchef Australia lainnya yaitu Sandeep Pandit dan Walleed Rasheed. Acara bertajuk “The Spice Trails” ini akan dilaksanakan di Harbour Plaza Shopping Centre, Victoria, 27 Agustus 2019. Sementara, cooking class terdekatnya akan dilaksakan di Festival Indonesia Raya tanggal 17 Agustus 2019 di Queensbridge.

Rencana lain yang sedang ia persiapkan adalah memasarkan Rempeyek Kacang lebih luas untuk konsumen Australia. Cemilan renyah yang sempat membuat George Calombaris merem-melek ini memang menjadi viral di sosial media. Tati kemudian memutuskan untuk memproduksinya dalam jumlah banyak, dan akan segera launching rempeyek dengan brand “Tati’s Spice Kitchen”. Cemilan ini nanti akan didistribusikan melalui restoran Indonesia seperti Dapur Indo (Springvale Rd) dan Café Batavia (St Kilda Rd).

Bagi Anda yang tertarik mencoba peruntungan dan mengasah kemampuan memasak di Masterchef Australia musim berikutnya, Tati berpesan agar selalu percaya diri, paham flavour, dan menjadi diri sendiri. Menurutnya, tidak perlu memaksakan untuk jadi seseorang yang bukan diri sendiri ketika memasak di Masterchef Australia. “Percayalah pada cita rasa yang kita sukai, juga percaya pada kekuatan dan keterampilan kita.”

Teks: Pratiwi Utami

Foto: Masterchef Australia