SOUNDSEKERTA 2019: MOSAIC OF THE NATION WARNA-WARNI MUSIK INDONESIA DALAM SATU PANGGUNG

“Baru saja selesai tugas dan sebagainya. Saat ini saya ingin bersantai merayakan selesainya tugas. Oleh karena itu, akhirnya saya memutuskan untuk menonton (Soundsekerta). Ternyata asyik banget!” cerita Kiky salah seorang mahasiswa Monash Business School yang pada tanggal 28 September 2019 kemarin menjadi salah satu dari sekian banyak warga Indonesia yang memadati Melbourne Town Hall.

Bertemakan “Mosaic of The Nation”, Soundsekerta tahun ini mendatangkan Yura, Tompi, dan RAN ke tanah Melbourne untuk menghibur masyarakat Melbourne dengan talenta mereka. Acara yang dipiloti PPIA Monash ini pun kembali sukses memberikan kesan yang mendalam bagi para penonton.

Dipandu oleh duet Hirzi dan Dita, acara dimulai dengan sambutan dari bapak Albert Abdi selaku Konsul Penerangan Sosial dan Budaya KJRI Melbourne yang kemudian disusul oleh sambutan dari project manager Soundsekerta, Rakai dan Aden. Lagu Indonesia Raya dan Tanah Air Pusaka menjadi lagu pembuka dan para penonton diminta agar berdiri dan ikut mengaluni lagu pembuka tersebut. Sebelum menuju inti acara, Band Blue Room feat. Swain Mahisa menghangatkan suasana dengan menyayikan mash-up dari lagu Raisa, Coboy Junior, Tompi, RAN, dan Yura yang disambut dengan meriah oleh para penonton.

Tidak lama kemudian, acara pembuka pun masuk ke inti acara. Disambut oleh tepukan tangan meriah penonton, para artis pun perlahan-lahan mulai membawa diri ke pentas.

Yura: Inspirasi di balik music Yura hingga bertemu “Glenn Fredly” di Melbourne

Sorak-sorai penonton memenuhi gedung Melbourne Town Hall begitu Yura sebagai penampil pertama muncul di panggung. Yura yang malam itu tampil cantik dengan berbusana long coat dan bawahan warna jingga membuat antusiasme penonton naik dengan lagu pertamanya yang berjudul “Apakah Kamu”. Setelahnya, Yura pun melanjutkan konsernya dengan menyanyikan single hits miliknya, “Berawal Dari Tatap” yang membuat penonton ikut bernyanyi. Tidak berhenti sampai disana, Yura yang sangat interaktif membuat histeria penonton tak kunjung usai. 

Salah satu highlight dari penampilan Yura adalah ketika dirinya bercerita tentang lagu “Buka Hati” yang menurutnya adalah lagu yang memiliki arti yang sangat dalam bagi dirinya. Ia bercerita tentang kehidupan yang berat sampai akhirnya bangkit saat bertemu dengan seorang gadis tunanetra bersuara emas. Lagu tersebut turut terinspirasi dari pengalamannya membuka hati kepada perjuangan orang-orang dalam meraih mimpi di tengah keterbatasan mereka.

Ada yang menarik juga saat Yura memilih penonton untuk diajak duet di atas panggung. “Wow. aku terkejut ada Glenn Fredly di Melbourne!” tukas Yura dengan antusias. Yura pun tidak sungkan memuji suara “Glenn Fredly” yang indah. Duet mereka pun diiringi tepukan tangan meriah penonton yang takjub menyaksikan paduan duet yang tidak mereka sangka.

Datang bersama, Aldo, Kiki, dan Susi sepakat bahwa Yura sangat engaging. Gue suka lagu-lagu mellownya Yura, jadi nunggu-nungguin performancenya Yura sih sebenarnya.,” tambah Aldo, mahasiswa di Univeristy of Melbourne ini.

Tompi: Romantisme lagu-lagu kenangan dan duet dengan legenda jazz 

Antusiasme masih terasa saat penyanyi jazz yang juga seorang dokter bedah ini muncul di atas panggung. Namun malam itu ada yang berbeda. Bersama Tompi adalah Indro Hardjodikoro, seorang legenda Jazz Indonesia yang turut datang meramaikan pertunjukan dan mengalunkan nada bass bersama Tompi. 

“Sedari Dulu” menjadi lagu yang dipilih Tompi sebagai lagu pembuka. Lagu yang sempat hits pada tahun 2008 lalu ini membuat penonton ikut bernyanyi dengan syahdu. Di lagu selanjutnya, “Tak Pernah Setengah Hati”, Tompi mengajak salah seorang penonton untuk turut berduet dengannya.

Penonton pun dibuat berdecak kagum dengan penampilan Indro Hardjodikoro dan alunan saxophone miliknya. Suara Tompi yang indah dan terkesan jazzy juga turut membuat suasana semakin ramai dengan penonton yang melaju dan berdiri di depan panggung. Keseruan belum selesai sampai disitu. Penonton kembali bersorak ketika Tompi mengalunkan lagu “Bengawan Solo” bersama dengan anggota band.

Tidak kurang dari delapan lagu dibawa oleh Tompi hingga tiba saatnya untuk berpamitan kepada penonton. Acara Tompi sudah selesai, namun konser tetap dilanjutkan dengan pertunjukan sleanjutnya yang dibawa oleh grup RAN. 


RAN: Ketika penonton bernyanyi selamat ulang tahun untuk Rayi “Junior”

Mengenakan jas warna biru putih, RAN mengguncang panggung dengan lagu “Selamat Pagi” yang disambut dengan sorakan penonton. Meskipun tampil paling akhir, keriuhan acara tetap terasa. Grup yang beranggotakan Rayi, Asta, dan Nino ini membawakan lagu-lagu hits mereka ke panggung Melbourne Town Hall sambil bercerita tentang kisah mereka 10 tahun lalu ketika mereka pertama diundang untuk tampil di acara Soundsekerta. Rayi dan Asta mengingat semangat masyarakat Melbourne ketika itu dan berkomentar bahwa kobarana semangat itu semakin terasa setelah 10 tahun kembali ke pentas Soundsekerta.

Ada juga momen yang lucu saat beberapa kali, Budi, putra dari Rayi ikut naik ke atas panggung dan mengundang tawa penonton dengan tingkah polosnya. Ketika Rayi mengatakan bahwa hari itu juga bertepatan dengan ulang tahun ketiga Budi, para penonton pun bersama-sama menyanyikan lagu ulang tahun untuk Budi yang kemudian tersenyum dan tertawa manis. 

Lagu “Dekat di Hati” dan “Pandangan Pertama” pun menutup rangkaian acara Soundsekerta 2019. Di penghujung acara, Nino menutup dengan doa bersama para penonton. Meskipun acara telah berakhir, kemeriahan acara tetap tampak dari wajah-wajah penonton yang terlihat puas dengan acara Soundsekerta 2019. Kembali Soundsekerta 2019 sukses membawa aspirasi masyarakat Melbourne dan memberikan malam yang menakjubkan di Melbourne Town Hall. 

Teks: Mutia Putri
Foto: Fakhrul Hadianto