Seri Ke-47 Catatan Harian Wisata Indonesia, Refleksi Awal Tahun 2022

OZIPmates yang budiman, 

Selamat Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Pada seri wisata kali ini dimuat sedikit berbeda dengan fokus pada refleksi dan update terbaru pariwisata Indonesia dan global paska pandemi COVID-19 serta kontribusi pembaca bagi pemulihan kepariwisataan nasional.

Hal-hal yang menggembirakan dalam perkembangan kepariwisataan Indonesia adalah pengakuan UNESCO terhadap 18 daya tarik Indonesia sebagai warisan maha penting dalam peradaban dunia. Terbagi dalam 3 kelompok, diantaranya yakni 1) Warisan alam seperti Taman Nasional (TN) Ujung Kulon-Banten, TN. Komodo-NTT, TN. Lorentz-Papua, TN. Leuser dan Bukit Barisan-Sumatera, serta empat geopark yang juga diakui UNESCO, seperti Gunung Batur di Bali, Ciletuh di Jawa Barat, Gunung Sewu di Jawa Timur,  Rinjani di Lombok dan Danau Toba di Sumatera Utara; 2) Cagar alam/situs antara lain Borobodur dan Prambanan hingga Sangiran, serta 3) Karya budaya tak benda seperti Wayang Kulit, Keris, Batik, Angklung, Tari Saman, Subak, hingga Noken (tas rajut masyarakat Papua) yang dikategorikan mengandung nilai kearifan lokal yang berpengaruh bagi peradaban dunia. 

Momentum dari melimpahnya pengakuan dunia terhadap berbagai daya tarik alam, budaya dan sejarah Indonesia mendorong Pemerintah Indonesia mengembangkan akselerasi 5 (lima) Destinasi Bali Baru, yakni Danau Toba, Borobodur, Komodo, Mandalika dan Labuan Bajo yang telah dimuat di lima edisi OZIP sebelumnya. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk “melonggarkan” Bali yang beberapa tahun belakangan menghadapi masalah sangat serius di sisi lingkungan karena keterbatasan daya tampung (carrying capacity) wisatawan internasional.

Tentu saja di samping hal-hal positif di atas, peristiwa-peristiwa perubahan iklim global yang diimbuhi kerusakan kawasan hutan tropis di berbagai daerah kota/kabupaten menjadi salah satu faktor penghambat kemajuan kepariwisataan Indonesia. Banjir besar yang melanda sebagian Jawa, Sumatera dan Kalimantan sekitar bulan September hingga awal November lalu menjadi bahan refleksi untuk perencanaan dan antisipasi yang lebih baik lagi menghadapi turbulensi masa depan. 

Pandemi COVID-19 yang berlangsung selama 2 tahun terakhir menimbulkan dampak luar biasa sebagaimana publikasi Badan Pariwisata Dunia (UNWTO). Sebagai contoh di kawasan ASEAN, sepanjang tahun 2021 mulai Januari-September, kunjungan ke Malaysia dan Thailand minus hingga -100%, Filipina, Myanmar, Vietnam serta Singapura hingga -99%, sedangkan Indonesia minus -90%. 

Pariwisata memang salah satu sektor yang terdampak serius akibat pandemi. Namun UNWTO mengungkapkan, berkaca dari pemulihan sektor pariwisata terhadap peristiwa 11 September (2001), SARS (2003) dan Krisis Ekonomi Global (2009), minusnya pergerakan wisatawan internasional ke berbagai destinasi pariwisata ini bukanlah titik akhir.

Sebagai bagian dari masyarakat internasional yang bertanah air Indonesia, tentu menjadi tanggung jawab moral untuk turut berperan dalam pemulihan pariwisata Indonesia. Mengunjungi kampung halaman di Indonesia dan memperkenalkan destinasi-destinasi eksotik kepada kenalan, sahabat maupun keluarga warga Australia, merupakan hal yang dapat kita lakukan secara sederhana. 

Tak hanya Bali, Indonesia sudah memiliki 5 (lima) destinasi berkelas internasional serta destinasi kelas dunia lainnya. 

Ada Pulau Komodo yang menantang dan misterius yang tak hanya ditetapkan UNESCO sebagai warisan alam namun termasuk New 7 Wonders of Nature. Ada Danau Toba dan Danau Singkarak di Sumatera yang termasuk dalam kawasan pegunungan tropis prasejarah Bukit Barisan. Hingga menyusuri “Amazon” di jantung Kalimantan Tengah dengan Kapal Pesiar Sungai, menginap di perkampungan kuno Wae Rabo di Mangarai, NTT dan mendaki ke danau eksotik 3 (tiga) warna Kelimutu, Flores. 

Destinasi diving seperti Wakatobi dan Raja Ampat telah diakui para peneliti asing memiliki keanekaragaman biota laut melampaui Great Barrier Reef. Benteng “Karang Laut” Kesultanan Buton terluas di dunia (22 hektar) di Bau-Bau, Sulawesi dengan pemandangan ke lautan lepas yang terasa lebih indah daripada Benteng Vatikan di Roma. Borobudur yang merupakan salah satu keajaiban dunia dan usianya 300 tahun lebih tua daripada Angkor Wat di Kamboja. Puncak Cartensz di Papua, puncak tertinggi di dua benua, Asia dan Australia dan termasuk puncak tertinggi dunia (world seven summit).

Apabila OZIPmates mengunjungi dan memperkenalkan destinasi eksotik Indonesia maka secara tidak langsung telah menjadi duta bangsa dan influencer bagi pihak lain untuk tertarik datang, turut serta memperhatikan kelestarian lingkungan destinasi dan terbukanya pertumbuhan ekonomi bagi penduduk lokal.

Selamat memasuki tahun 2022. Ayo kunjungi Indonesia!

Teks: Rio S. Migang || EcoPlan Australia & Singapore  

Foto:  Istimewa (berbagai sumber)