Sekala Niskala – Tari Perpisahan Sarat Makna

Rilis: 2017

Durasi: 83 menit

IMDb: 6.8/10

Sekala Niskala atau The Seen and Unseen berkisah tentang kembar Tantri (Thaly Titi Kasih) dan Tantra (Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena) yang kental dengan nuansa budaya Bali. Disutradarai oleh Kamila Andini, Sekala dipenuhi dengan adegan tari indah nan simbolis yang mampu menyeimbangi kekurangan dalam cerita film.

Selain sutradara Kamila Andini yang dikenal dengan karyanya The Mirror Never Lies (2011), Sekala juga diproduksi oleh sineas Ifa Isfansyah dan Garin Nugroho bersama koreografi dalam film yang dipimpin oleh Ida Ayu Wayan Arya Satyani, seorang penari yang juga merupakan dosen Institut Seni Indonesia Denpasar. Maka dari itu, tidak mengherankan kalau kekentalan budaya Bali sangat terasa dalam film; bukan hanya dari banyaknya tarian yang ditampilkan dalam film, tapi juga dialog dalam film yang hampir seluruhnya terdiri dari bahasa Bali.

Dalam alur cerita film, Tantri dan Tantra memiliki hubungan yang sangat erat dimana keduanya seakan tidak bisa dipisahkan. Namun suatu hari Tantra harus dilarikan ke rumah sakit dan ketika kesehatan Tantra kian memburuk, Tantri sibuk mencari cara untuk menghilangkan rasa kesepian yang disebabkan dari ketiadaan Tantra dalam hidupnya.

Kebanyakan aspek penting cerita seperti kesepian Tantri dan hubungan erat kedua bersaudara disampaikan melalui adegan tari yang terinspirasi dari tarian tradisional Bali seperti Tari Pendet. Di sinilah letak kelebihan film Sekala, dimana setiap adegan tari memiliki makna tersendiri dan mampu menjelaskan tahap hubungan Tantra dan Tantri kepada penonton.

Tidak hanya itu, dalam bagian awal film terdapat adegan-adegan simbolis yang mampu menekankan hubungan Tantri-Tantra secara tersirat tanpa melibatkan koreografi tarian. Tentu saja setiap adegan tarian diekseskusi dengan indah, dibarengi dengan koreografi memikat serta musik dan sinematografi yang sepadan. Meskipun kedua unsur terakhir tidak semenakjubkan yang terlihat dalam Hollywood, mereka mampu mengangkat tema film dengan cara unik dan efektif mereka masing-masing.   

Indahnya alunan tarian dalam film seakan menutupi kekurangan yang ada dalam cerita film, dimana terdapat beberapa adegan dan tokoh yang tidak memiliki banyak peran dalam memajukan jalan cerita. Beberapa tokoh selain Tantri dan Tantra tidak memiliki peran berarti dalam kisah hubungan kedua bersaudara tersebut, baik karena mereka mengulangi informasi yang sudah diketahui oleh penonton atau karena kurangnya interaksi mereka dengan Tantri ataupun Tantra. Ada pula adegan yang rasanya bisa dihilangkan dari dalam film tanpa mengganggu jalannya cerita.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Sekala adalah kisah sarat simbol dan makna. Meskipun penceritaan ‘berlebihan’ menjadi halangan bagi film ini, kisah dua saudara ini mampu menyampaikan pesannya dengan baik berkat tari-tarian indah dan simbolisme yang kuat. Dan tentu saja, unjuk keindahan tari dan pemandangan pedalaman Bali sebagaimana dilakukan sutradara untuk daerah Wakatobi di Mirror.

Teks: Jason Ngagianto