Sam Shlansky Suka Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”

Kemampuan berbahasa Indonesianya sempat membuat Sam Shlansky menjadi Presiden AIYA (Australia-Indonesia Youth Association) chapter Victoria periode 2016/2017. Apa yang membuatnya jatuh hati dengan bahasa Indonesia? Berikut penuturan pria yang berdomisili di Melbourne ini.

Kenapa tertarik belajar bahasa Indonesia?
Bahasa Indonesia sebagai portal Indonesia, menarik sekali dan berbeda sekali dengan budaya saya. Orangnya ramah-ramah dan negaranya menarik. Ketika saya kecil, saya punya dua pilihan untuk belajar bahasa asing, yaitu Prancis dan Indonesia. Bahasa Prancis terlalu sulit. Kelas bahasa Indonesia lebih menarik karena fokus pada budaya. Saat kelas 10, saya mengunjungi satu-satunya restoran Indonesia di desa saya, dan makanannya enak! Di situlah saya mulai berlatih bahasa Indonesia. Meski seringkali salah, saya terus berlatih.

Apa kesulitan terbesar yang dirasakan saat belajar bahasa Indonesia?
Saya sempat belajar bahasa Indonesia intensif selama dua bulan. Setiap hari harus pakai bahasa Indonesia, menjelaskan banyak hal dengan bahasa Indonesia, dari pagi sampai malam. Untuk menentukan kata-kata dan konsep bahasanya itu cukup sulit, sehingga harus dipraktikkan terus. Lebih mantap memang kalau tinggal di Indonesia!

Pernah mengalami kesalahpahaman saat mengobrol dalam bahasa Indonesia?
Ketika pertama kali saya tinggal di Yogyakarta, saya masih tidak terbiasa dengan bahasanya. Saya mengambil kelas belajar bahasa Indonesia supaya lebih lancar. Hanya ada lima orang di sana jadi kami tidak bisa bersembunyi, harus ngomong terus. Kelasnya juga intensif dari pagi sampai malam. Nah ketika malam hari, ada binatang yang masuk seperti serangga ke kelas kami, jadi saya coba jelaskan dengan bahasa yang saya tahu. Saya jelaskan bahwa ada kupu-kupu malam di ruangan, namun karena salah sebut, mereka jadi salah anggap. Jangan-jangan mereka pikir orang Australia suka kupu-kupu malam? Saya masih tidak tahu. Ah, memalukan!

Apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia?
Berpartisipasi dalam AIYA sangat penting. Lewat organisasi ini saya jadi memaksakan diri untuk lebih berani berbicara. Selain itu, saat datang ke restoran Indonesia, saya memesan menggunakan bahasa Indonesia.

Ada semboyan dalam bahasa Indonesia yang disukai?
Saya suka “Bhinneka Tunggal Ika” yang menggambarkan persis apa yang saya alami ketika saya di Indonesia. Ibarat gado-gado, berbagai macam sayuran dalam satu piring yang lezat. Semboyan itu juga menggambarkan beragam budaya berbeda tetapi tetap satu dalam Indonesia.

Keuntungan yang dirasakan karena bisa berbahasa Indonesia?
Banyak sekali! Ketika belajar bahasa Indonesia, kita harus berpikir lebih jauh dari sekadar menguasai keterampilan bahasa Indonesia, namun juga proses belajarnya. Bagaimana cara bernegosiasi dengan bahasa asing, bagaimana cara memahami sesuatu dalam bahasa asing yang sulit dipelajari. Pengalaman ini yang saya rasakan ketika saya melakukan satu tahun riset di Indonesia, membaca banyak jurnal dan buku dalam bahasa Indonesia yang sangat memusingkan! Banyak kegagalan di dalamnya, namun menjadi pelajaran hidup yang sangat berharga. Belum lagi setiap kali bertemu teman baru dari Indonesia yang meskipun berbeda asal namun tetap menemukan kesamaan.

Harapannya terhadap hubungan Indonesia dan Australia?
Banyak sekali harapan dan mimpi saya. Terutama saya berharap Australia dan Indonesia paham nilai dari hubungan bilateral ini, tidak sekadar berbicara tetapi juga melakukan aksi nyata.

Teks: Syafira Amadea
Foto: Windu Kuntoro & Dok. AIYA