Most Liveable Melbourne: Everyone’s Differences are Celebrated

Tujuh tahun berturut-turut Melbourne meraih penghargaan sebagai kota ternyaman di dunia berdasarkan penilaian atas aspek fasilitas kesehatan, pendidikan, stabilitas, budaya, lingkungan hidup dan infrastruktur. Seperti yang tertuang dalam http://www.melbourne.vic.gov.au, pembangunan yang terfokus pada kelangsungan lingkungan hidup memang menjadi basis dalam perencanaan kota Melbourne.

Para pejabat dan ilmuwan yang terlibat dalam pembangunan kota ini sadar, bahwa membangun sebuah kota bukan semata memenuhi kebutuhan saat ini saja. Lebih dari itu, semua pihak harus bahu-membahu menjaga agar generasi masa depan tetap mendapat hak yang sama dan bahkan bisa merawat dan membangun dengan lebih baik lagi.

Selain dari segi infrastruktur, banyak faktor lain yang membuat warganya hidup bahagia. Salah satunya seperti yang diungkap oleh Lilis Mulyani, seorang mahasiswa PhD University of Melbourne.

Melbourne sangat teratur, udaranya bersih, selain itu juga punya transportasi yang dapat diandalkan. Selain itu juga banyak hal baru yang bisa di-eksplor, aktivitas untuk dilakukan, event gratis untuk dihadiri, dan juga berbagai makanan untuk dicoba. Pilihan makanan di sini juga sesuai dengan kita. Tergantung, mau diet apa? Halal diet,vegetarian, gluten free, carbo-free, Mediterranean diet?

 

 

Joshua Sumitro, seorang software developer mengamini pendapat tersebut.

“Melbourne merupakan kota multi-etnis sehingga sangat mudah menemukan berbagai macam makanan dari berbagai negara.”

 

 

Sementara Ariel Heryanto, Professor for the Study of Indonesia dari Monash University menambahkan

“Watak kota Melbourne ini cenderung santai dan romantis. Ini tempat yang nyaman bagi yang mau hidup santai. Atau bahkan malas! Saya sendiri sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Melbourne di pertengahan tahun 1980an.”

Ditanya mengenai pegalaman menarik selama di Melbourne, masing-masing responden OZIP menceritakan dengan antusias:

“Nonton Melbourne Symphony Orchestra Sydney (MSO) Myer Free Concert! Dengan konsep ruang terbuka, semua warga Melbourne antusias untuk hadir dalam even gratis setiap tahun ini. MSO yang konsernya biasanya seharga ratusan dolar, setiap summer memberikan konser cuma-cuma buat warga Melbourne. Sambil menggelar tikar membuka bekalmakan malam yang disiapkan khusus atau sekedar beli sepulang dari kantor atau kuliah, menjadi hal yang wajib dilakukan setiap tahun. Kedekatan dengan warga lainnya juga begitu terasa, tidak ada jarak antara kaya miskin, terpelajar tidak, sendiri ramai-ramai, formal santai semuanya berbaur menikmati sore diiringi lantunan music klasik live.”

Sementara Joshua menyampaikan

“Di sini bisa dibilang sangat mengutamakan work-life balance sehingga pekerjaan tidak terasa berat. Saya juga terkesan dengan keakraban di lingkungan kerja, di mana seakan-akan tidak ada perbedaan antara karyawan dan atasan.”

Ariel Heryanto menambahkan kisahnya terkait dengan kegiatan akademis di kampus.

“Di awal 1990an, sebagai mahasiswa Monash saya diajak oleh Herb Feith kenalan dengan beberapa tokoh aktivis Timor Timur di Melbourne yang memperjuangkan kemerdekaan dari Rezim Orde Baru. Awalnya mereka curiga pada saya, namun beberapa minggu kemudian mereka hadir dan mendengar uraian saya sebagai pembicara dalam sebuah forum terbuka tentang Indonesia di pusat kota, sepertinya lalu mereka berubah pendapat dan malah mengajak makan malam bareng. Hahahaha.”

Menutup pembicaraan dengan OZIP, Ariel Heryanto meyimpulkan

Memang, cuaca di sini menolong terciptanya Melbourne sebagai kota metropolitan budaya. Penduduk Melbourne itu majemuk dan berselera tinggi. Di sini orang diterima apa adanya, tanpa perduli latar belakangnya, tingkat kekayaannya, pendidikannya, atau agama dan warna kulitnya. Walaupun ya setahun ini saya kaget dan prihatin dengan jumlah tunawisma yang terlantar di emperan toko-toko di pusat kota.”

Teks: Putri Utaminingtyas

Foto: Koleksi Pribadi