Mereka (Sebenarnya) Suka Makanan Indonesia-They (Actually) Like Indonesian Food

Indonesia memiliki semua modal dasar untuk menjadi pemain dunia di bidang kuliner. Ragam menu dan variasi rasa makanan Nusantara adalah yang terkaya di dunia. Setiap sudut bumi Indonesia memiliki makanan khas dengan bahan dasar ikan, daging, umbi-umbian, dan sayur-mayur. Bahkan di tengah trend makanan sehat non lemak, variasi menu organik terus berkembang, baik dari menu tradisi maupun hasil kreasi para juru masak masakini. Tak heran jika survei CNN di tahun 2011 menempatkan Rendang Padang dan Nasi Goreng sebagai jawara pertama dan kedua dari 50 makanan terbaik di dunia. Dari sisi ini, diplomasi kuliner sesungguhnya sudah memiliki fondasi yang kuat.

 

“Dari segi rasa, sebenarnya sulit untuk mengalahkan makanan Indonesia. Banyak ragam dan rasanya serta kaya bumbu dari rempah-rempah,” ujar Presiden AIAV Lester Levinson.

 

Promosi, kemasan, penyesuaian rasa, menjadi isu utama yang harus segera diatasi bersama. Diplomasi kuliner memang tidak bisa lagi sekedar wacana. Di seluruh Australia lebih dari 100 restoran Indonesia sudah melakukan “tugas diplomasi kuliner” itu. Mereka adalah ujung tombak “rasa Indonesia” di Australia. Siapakah yang bisa mempertemukan mereka agar bisa saling mendukung dan memperkuat satu sama lain?

 

Dorongan Ketua Komisi Multikultural Victoria Mr. Chin Tan agar eksistensi warga Indonesia lebih ditingkatkan lagi, bisa dimulai dari rumah makan. Para duta kuliner ini bisa menjadi melting pot bagi warga Australia untuk mengenal lebih jauh tentang Indonesia. Setiap restoran itu bisa menjadi pusat informasi tentang Indonesia. Toh selama ini mereka sudah menjadi lokasi penyebaran media cetak komunitas Indonesia.

 

Pada dasarnya, seperti dikatakan Rohan Cox, warga Australia akan suka makanan Indonesia. Hanya, diperlukan promosi yang lebih kuat, citra positif dan sehat tentang makanan Indonesia, dan dilakukan terus-menerus.

Dengan kerjasama semua pihak terkait, pasti, pada saatnya nanti makanan Indonesia akan menjadi pavorit di Australia.

Indonesia has the basis to become a world player in culinary foods. A diverse menu and a variety of flavours makes the Archipelago’s food some of the richest in the world. Every corner of Indonesia has its own special food with unique ingredients including fish, meat, tubers and vegetables. Even in the middle of a trend of non-fat healthy foods, a varied menu of organic foods is developing, both from the traditional menu as well as the creations from the cooks of today.  No wonder a CNN survey in 2011 placed Rendang Padang and Nasi Goreng as the champion and runner up for the 50 best foods in the world. From this perspective, culinary diplomacy already has a strong foundation.

 

“From a taste point of view it’s hard to beat Indonesian food. Lots of different tastes through the use of spices.,” said AIAV President Lester Levinson.

 

Promotion, packaging, flavour adjustment become the major issues that must be addressed. Culinary diplomacy is not just about discourse. Across Australia more than 100 Indonesian restaurants have been involved in “cultural diplomacy”. They are the spearheads of the “taste of Indonesia” in Australia. Who can bring them together to support and reinforce each other?

 

The Victorian Multicultural Commission Chairman Mr. Tan Chin gave his support to Indonesian citizens to grow, saying it all starts from restaurants and their owners. These culinary ambassadors may be a melting pot for Australians to learn more about Indonesia. Every restaurant has the potential to become a centre of information about Indonesia. After all, restaurants are the place to disseminate Indonesia’s community print media!

 

 

Essentially, as stated by Rohan Cox, Australians will love Indonesian food. Only, the campaign needs to present a more powerful, positive and healthy image of Indonesian food, and this needs to be performed continually.

 

 

With everyone working together, it is certain, when the time comes Indonesian food will be a favourite in Australia.