Merayakan Revolusi Industri 4.0, Sudahkah Kita Berada di Sana?

“The fourth industrial revolution, however, is not only about smart and connected machines and systems. Its scope is much wider. Occurring simultaneously are waves of further breakthroughs in areas ranging from gene sequencing to nanotechnology, from renewables to quantum computing. It is the fusion of these technologies and their interaction across the physical, digital and biological domains that make the fourth industrial revolution fundamentally different from previous revolutions”-Klaus Schwab in The Fourth Industrial Revolution.

Devina Hermawan, top 7 MasterChef Indonesia season 5 menghiasi cover OZIP edisi Juli ini. Tidak hanya sebagai chef dan penulis, wanita kelahiran Bandung 26 tahun silam ini pun mulai merambah dunia Youtube sebagai content creator. Dengan dua milyar pengguna Youtube di seluruh dunia, content creator menjadi sebuah profesi menjanjikan yang tumbuh dan mulai menjadi jamak kita temui kini. Bahkan tidak sedikit pula yang bercita-cita menjadi seorang youtuber. 

Tentu tidak mengherankan dengan lahirnya profesi-profesi baru yang tidak ditemui beberapa dekade sebelumnya, karena kita ada di era di mana revolusi industri memasuki musim keempat, eranya otomatisasi dan digitalisasi. Mengutip kata-kata Klaus Schwab diatas, ada “lompatan” besar yang dibuat oleh revolusi industri 4.0 dengan ketiga revolusi sebelumnya yang membuatnya spesial. Ini menyadarkan akan betapa beruntungnya kita yang bisa “berkeliling” dunia hanya dengan menggerakkan jari saja. 

Besarnya pengaruh revolusi industri 4.0, bisa kita rasakan selama masa pandemi ini. Dengan adanya pandemi COVID-19, revolusi industri kini memungkinkan kita untuk melakukan “virtual holiday” yang menjadi salah satu escape paling menyenangkan. Liburan dari rumah selama masa lockdown, mengapa tidak? Bayangkan jika kita berada di beberapa abad silam, saat arus pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan belum secanggih saat ini. Ya, we should not take it for granted.

Namun, sudahkah kita semua berada di sana? 

Sayangnya, tidak semua dari kita memulai dari garis “start” yang sama, beberapa kelompok justru harus tertinggal jauh di belakang tanpa bisa mengejar. Mereka yang tersebar di berbagai belahan dunia, masih “terkurung” dalam revolusi-revolusi industri 1.0, 2.0, dan 3.0. Bahkan beberapa masih belum melihat bagaimana indahnya kelip lampu di malam hari yang dihasilkan oleh listrik, yang ditemukan jauh sebelum revolusi industri 4.0 kini. Di Indonesia sendiri, disinyalir ada lebih dari 400 desa yang belum dialiri listrik. Dengan kata lain, revolusi industri 4.0 belum menyentuh seluruh kita.

Kendati demikian, setiap perguliran revolusi tentu membawa baik dan buruknya sendiri. Semoga setiap kita mampu “merayakan” dan memaknai revolusi dengan versi terbaik kita masing-masing. 

Teks: Mutia Putri

Foto: Koleksi pribadi