Menyelami Puisi bersama Jembatan Poetry Society

Puisi adalah karya sastra yang dipercaya dapat mewakili realitas kehidupan. Dengan segala kesederhanaan dan kompleksitasnya, ia mampu menjadi salah satu media untuk menyampaikan kebenaran dan kemungkinan-kemungkinannya pada realitas yang terjadi. Lebih dari itu, permainan kata, rima, dan bahasa dalam puisi mampu menjadikan sebuah cerita lebih berbunyi. Ia juga yang tak jarang menjadikan seseorang bergelut dengan lahar rindu kepada sebuah bahasa suatu bangsa. Inilah yang menjadi alasan utama Anton Alimin membentuk sebuah komunitas sastra bernama Jembatan Poetry Society di Melbourne Australia.

Cukup lama menjadi diaspora Indonesia di Melbourne membuat kerinduan Anton terhadap Bahasa Indonesia tak lagi terbendung. Akhirnya bersama beberapa kawan, ia membentuk sebuah komunitas berpuisi untuk memuntahkan kepundan rindunya terhadap Bahasa Indonesia. “Saya ingin melampiaskan kerinduan saya kepada Bahasa Indonesia melalui puisi, dan alasan itulah barangkali yang membuat komunitas ini terlahir,” tuturnya.

Komunitas yang dulunya bernama Ganesha Poetry Society ini kerap mengadakan kegiatan bermusik dan membaca puisi bersama di rumah Anton, di bilangan North Caulfield Melbourne. Selain itu, diskusi tentang karya sastra dalam bentuk puisi kerap diadakan dengan nama Malam Ngobrol. “Komunitas ini juga merupakan ruang untuk mengenalkan Bahasa Indonesia kepada orang asing yang ada di Australia”, tutur Anton ketika ditemui dalam sesi wawancara bersama OZIP tempo lalu.

Ketika ditanya apa sebenarnya arti puisi bagi seorang Anton Alimin, ia menjawab puisi tak hanya menekankan sebuah makna namun juga bunyi bahasanya. Bahasa kiasanlah yang menjadikan puisi berbeda dengan karya tulis lainnya seperti prosa, cerita pendek, novel, dan kawan-kawannya. “Selain itu puisi juga yang dapat memperhalus hati dan jiwa seseorang serta membuatnya tak tumpul nurani. Karena terkadang dengan halusnya nurani, seseorang baru benar-benar dapat disebut manusia,” tukasnya.

Anton menyebut nama seorang penyair terkemuka Indonesia Chairil Anwar sebagai maskot puisi dalam Jembatan Poetry Society. “Puisi-puisi karangan Chairil banyak merepresentasikan kehidupan-kehidupan menusia dalam berbagai kondisi. Romantisasi, kesedihan, perjuangan, kegigihan, ketaatan, kerinduan, semua dibabat habis oleh Chairil dalam karyanya,” tutur Anton.

Di akhir sesi wawancara, ia juga mengaku bahwa komunitas ini tidak hanya berfokus pada kalangan tertentu. Orang dengan berbagai umur dan latar belakang dapat bergabung. Akan ada banyak acara-acara yang diadakan seperti pembacaan musikalisasi puisi, bincang puisi sore hari, dan juga belajar berbahasa Indonesia. Semuanya dapat dilihat di kanal Jembatan Poetry Society beralamatkan jembatanpoetrysociety.org.

Teks dan foto: Nudia Imarotul Husna