Mengenal Asal Muasal dan Revitalisasi Kebudayaan Gamolan Lampung Indonesia

Sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia bekerjasama dengan Museum of Indonesia Arts di Melbourne pada tanggal 16 Januari 2021 melalui Zoom membahas mengenai suatu tradisi maupun kesenian musik yang berasal dari Provinsi Lampung, Indonesia. Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut adalah Prof. Emeritus Margaret Kartomi yang juga merupakan Director of Music Archive Monash University. Sementara itu acara dimoderasi oleh associate Prof. Sharyn Graham Davis yang merupakan Director Herb Feith Center Indonesia di Monash University.

Sebagai narasumber, Prof. Margaret Kartomi menjelaskan tentang etimologi dan asal muasal Gamolan yang berasal dari kata gimol yang berarti bergemuruh atau bergetar dan begamol yang artinya adalah berkumpul. Kebudayaan musik ini berasal dari Skala Brak yang juga menggunakan dialek Api atau Saibatin sementara dalam budaya Lampung juga ada dialek Nyo atau Pepadun. 

Kebudayaan Gamolan Lampung ini biasanya dipertunjukkan atau dimainkan pada acara– acara penting, seperti ketika menyambut kelahiran seorang bayi, ketika menuju kedewasaan, pada saat adat pernikahan, ketika mendapatkan suatu pengahargaaan khusus atau memperingati kematian yang biasanya diiringi oleh alunan musik Talo Balak. Biasanya orang–orang yang kemudian mempertunjukkan tarian yang diiringi Gamolan disebut meghanai yang artinya laki–laki dalam istilah Lampung serta muli yang artinya perempuan di dalam rumah adat (nuwo sesat).

Dalam kegiatan ini hadir berbagai peserta yang tidak hanya berasal dari Australia, namun juga dari Indonesia. Termasuk salah satunya adalah juga Mamak Lil yang merupakan seniman asal Lampung yang terkenal dengan sebuatan Rajo Gamolan. Antusiasme para peserta sangat tinggi dalam diskusi ini dan juga penyampaian yang disampaikan oleh narasumber maupun moderator. Sebagai penutup di akhir acara, Mamak Lil juga sedikit mempertunjukkan cara bermain Gamolan kepada para peserta sehingga kebudayaan Lampung Indonesia juga makin dikenal di Australia.

Teks: Destari Puspa Pertiwi

Foto: Dokumentasi Prof. Margaret Kartomi