(Mencari) Cinta di Mornington

“Tuhan kirimkanlah aku kekasih yang baik hati, yang mencintaiku apa adanya” – The Rock & Ahmad Dhani

Cuplikan lagu di atas mungkin menjadi sekarang menjadi suatu kalimat yang selalu diucapkan beberapa remaja saat berdoa. Bahkan mungkin, tidak berdoa Bapa Kami dan Salam Maria, yang penting mendoakan kalimat diatas. Benarkah atau benar kan?

Tentunya seorang remaja ditakdirkan Tuhan untuk mempunyai energi berlimpah dibandingkan orang tua dan anak kecil. Remaja layaknya burung yang akhirnya bisa terbang setelah sebelumnya hanya berdiam diri di sarangnya bersama orang tua. Mereka seketika haus untuk melihat dunia seluas-luasnya, mencoba potensi diri mereka, dan mencari jati diri mereka.

Salah satu nilai baru yang masuk pada diri seorang remaja adalah ‘percintaan’. Sangat umum menjumpai remaja yang bertanya ‘Udah punya pacar, lu?’ kepada temannya, atau bahkan remaja yang bertanya ‘jodoh gue mana ya?’ ke diri sendiri .

Seringkali nilai ini menjadi sesuatu yang mendominasi kehidupan remaja, membuat mereka kehilangan fokus dalam petualangannya. Mereka bagaikan anak elang yang mencari bunga Alpine di puncak gunung, sedangkan mereka sendiri belum belajar untuk terbang setinggi itu untuk menggapainya.

Di bulan April ini, melalui perantaraan para pengerja yang penuh kasih, Tuhan mengingatkan anak – anak muda bahwa masing-masing dari mereka telah menerima cinta yang sesungguhnya. Retret Mudika Melbourne 2014: True Love (Know It, Find It, Seek It) menjadi sarana dimana muda mudi Katolik di Melbourne diajak menemukan cinta yang sesungguhnya, tidak lain adalah Yesus sendiri.

Tema retret ini mengingatkan bahwa pada dasarnya setiap manusia, pada awalnya, dipertemukan dengan kasih dalam Tuhan. Hubungan ini sempat ‘putus’ ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa perdana, namun dengan pengorbanan Yesus Kristus, setiap dari kita telah ditebus dan ‘balikan’ dengan Tuhan (Efesus 2:18). Sehingga usaha untuk mencari ‘My True Love’ adalah sia-sia, karena cinta sejati manusia sebenarnya ada dalam hatinya sendiri, tinggal apakah manusia tersebut mau membuka hatinya untuk ‘balikan’ dengan Tuhan?

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” – Matius 6:33

Namun demikian, Tuhan juga menghendaki manusia mengasihi sesama (Lukas 10:27). Setelah menemukan dan menerima Yesus sebagai cinta sejati, sebagian besar dari manusia pun dipanggil untuk menjalin hubungan kasih dengan sesamanya. Nah, oleh karena itu, retret ini pun memfasilitasi koneksi para remaja untuk menubuatkan firman Tuhan tersebut. Mendapat teman baru, dan ‘gebetan’ adalah hasil yang sangat visual dari retret kali ini. Bagi yang tidak single pun, hubungannya dipererat melalui devosi-devosi dari Romo Andang Binawan, seorang romo dari Ordo Jesuit dan berdomisili di Gereja Katedral-Jakarta Barat yang terkenal di publik Indonesia dengan julukan ‘romo sampah’ – karena keaktifannya dan kecintaannya dalam bidang lingkungan hidup.

Bukan saja hanya melulu mendengar ceramah rohani yang tentunya kurang disukai sebagian besar remaja, tapi melalui retret ini para peserta juga dilatih baik secara iman dan kemampuan melalui aktivitas yang sangat menjunjung nilai kebersamaan. Contoh paling berkesan bagi penulis adalah shift cuci piring dan menyajikan makanan. Tentu aktivitas tersebut menjadi nilai plus kalau mau apply part time job di restoran.

Kreativitas juga diasah melalui malam ekspresi dimana para panitia menemukan bakat-bakat terpendam. Tentunya ini sangat sejalan dengan firman Tuhan yang mengharuskan manusia mencari dan mengembangkan talentanya sendiri (Matius 25:16). Saya pun bingung bagaimana panitia tidak kehabisan ide, namun ketangkasan dan kecerdikan pun ikut diuji melalui games outbond yang berbau catur dan olahraga.

Kalau kamu muda dan siap berkuasa, penulis menyarankan untuk ikut retret Mudika tahun depan yang pasti lebih keren lagi.

Teks: Adrian Siaril

Foto: Mudika