Menanti Lalui, Pentas Temu Lawak 2021 tentang Pandemi

Sempat absen tahun lalu, pentas teater Temu Lawak akan kembali menghibur masyarakat Indonesia di Victoria di bulan November. Hadir dengan judul Lalui, Temu Lawak 2021 akan mengangkat kisah hiruk pikuk selama pandemi COVID-19. Maka dari itu, OZIP Magazine berkesempatan menyapa dua pemeran sandiwara Temu Lawak 2021, Andrey Goeltom yang kerap disapa Andre dan Dilail Abimanyu yang akrab disapa Abi. Selamat membaca! 

Apa yang bisa kalian ceritakan soal Lalui?

Abi: Lalui adalah cerita tentang kehidupan di masa pandemi, tentang bagaimana menjalani kehidupan yang banyak sekali restriksi untuk bisa terbebas dari wabah COVID. Perlu diketahui kalau Temu Lawak tahun ini berisi 9 anggota cast, jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan Temu Lawak tahun-tahun sebelumnya. 

Andre: Tema Lalui dibuat untuk membuat penonton merasa COVID ini nyata di dunia kita. Khususnya kita sebagai mahasiswa, karena bercerita tentang mahasiswa yang kebetulan lagi merantau; jauh dari rumah, jauh dari keluarga. Di sini juga diperlihatkan dua sisi lockdown, ada sisi mau menaati peraturan, ada juga yang bodo amat dan ngerasa kalau COVID gak ada. 

Abi: Menariknya, aku dan Andre hampir tampil di Temu Lawak tahun lalu kalau bukan karena pandemi. Sayangnya, karena restrictions, akhirnya Temu Lawak 2020 dibatalkan meskipun sempat diundur berkali-kali. 

Andre: Kita sudah sempat latihan dan reading waktu itu dan lumayan optimis juga. Lalu melihat kondisi di Victoria semakin parah, akhirnya kita jadi tampil tahun ini. 

Apa yang bisa kalian ceritakan soal tokoh yang kalian perankan?

Andre: Aku sebagai Arga, seorang mahasiswa Indonesia berusia 20 tahun. Karakter Arga bisa dibilang sebagai seorang antagonis; dia enggak peduli dengan COVID. Dia merasa kalau COVID ini gak ada. Pikirannya seperti, “Gak perlu ikut-ikutan pembatasan pemerintah karena kita masih sehat, masih kuat, masih muda, jadi buat apa takut”. Beda sama aku yang benar-benar parno selama COVID kemarin di Melbourne; gak mau keluar, kalau bisa di rumah aja. Jadi aku merasa ketika dapat peran ini jadinya seru dan beda banget. 

Abi:Aku memerankan Dito. Setelah membaca skrip, Dito ini kayaknya mencoba untuk nurut sama aturan. Yang menarik adalah, Dito itu adalah nama adikku. Kalau diibaratkan dengan Marvel Cinematic Universe, gue jadinya memerankan variant dari adik gue di timeline lain. 

Bagaimana kalian mempersiapkan diri untuk peran ini?

Abi 

Kalau dilihat dari skrip, aku merasa Dito ini hampir mirip lah sikapnya sama aku pada saat menghadapi restrictions COVID. Dari situ, aku bisa aja memerankan dan memposisikan karakterku mainkan dalam diriku sendiri. Ini kan tentang kehidupan sehari-hari gitu, jadi tidak perlu ada kesulitan untuk menjadi karakter Dito. Dia bersikap natural seperti masyarakat kebanyakan. 

Andre 

Untuk mempersiapkan diri, kemarin aku udah mulai liat di YouTube, orang yang gak peduli COVID atau mungkin yang udah bosen di rumah, kebiasaannya atau karakternya. Aku mencoba mendalami karakter dengan melihat di kehidupan nyata. Selain itu, aku juga sudah bosan dengan lockdown, jadi karakternya sudah kebangun. Jadi dari lubuk hati yang paling dalam sudah bisa ke-trigger, begitu.

Bagaimana kalian menerjemahkan situasi pandemi ke dalam bentuk drama?

Abi 

Untuk Temu Lawak yang ini, kita mengangkat pandemi tahun ini untuk membuat semacam legacy di masa depan untuk memberitahu kalau hal seperti ini pernah terjadi. Mungkin itu bisa jadi pelajaran untuk orang di masa depan kalau ada kondisi yang sama, meskipun penyebabnya belom tentu COVID-19. Makanya kita ingin memberikan yang terbaik, tidak hanya dari segi hiburan, tapi juga edukasi. 

Andre 

Cerita ini digarap bukan hanya dari temen-temen dari Melbourne. Scriptwriter-nya aja sedang ada di Indonesia. Jadi kita merasa cerita ini bagian dari kita, karena kita sendiri merasakan permasalahan ini, setiap hari. Dengan itu, kita merasa pesannya lebih mudah untuk disampaikan sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat. 

Bagaimana kalian relate sama pesan yang ingin disampaikan oleh drama ini?

Abi 

Kalau kita punya rasa percaya diri dan selalu positif, kita bisa ngelewatin berbagai situasi, termasuk pandemi ini. Positive thinking aja sih, sederhananya itu.

Andre 

Aku harap ini bisa memberikan hiburan untuk seluruh penonton, khususnya orang Indonesia di Melbourne. Di kondisi ini kita masih punya harapan dan kita mau mewujudkan itu dalam bentuk drama musikal ini. Selain itu, kita juga berharap ini jadi edukasi buat orang di luar sana, dan memberikan pesan untuk bisa saling toleransi karena ada di luar sana ada orang yang percaya dan gak percaya COVID. Kita punya point of view masing-masing, sehingga harus lebih open minded juga, apalagi sebagai mahasiswa. 

Teks: Jason Ngagianto 

Foto: Berbagai sumber