Maria Leeds “Sang Penari”, Ternyata Dulunya Tidak Suka Menari

Telah berkiprah di dunia seni sejak kecil, hingga kini Maria Leeds tetap berdedikasi tinggi dalam melestarikan budaya Indonesia melalui tarian. Selama hampir 20 tahun menjadi warga Melbourne, Maria telah membentuk suatu komunitas tari bernama Sanggar Sang Penari Indonesia (SSPI). Siapa sangka dulunya ternyata ia tidak suka menari.

Kiprahnya di Melbourne salah satunya berawal dari dibentuknya Sanggar Nimar Laras, “Nimar adalah singkatan dari nama saya, Eni Maria dan Laras artinya suara,” ungkapnya. Pada 27 Juli 2014, sanggar tersebut resmi ganti nama menjadi Sanggar Sang Penari Indonesia agar lebih dikenal dan mudah diingat oleh masyarakat Australia secara umum. Sampai saat ini, Sanggar Sang Penari Indonesia beranggotakan lebih dari 50 orang dari rentang usia balita hingga yang sudah senior. Koleksi tarian yang ditampilkan pun sangat beragam, dari tarian khas Jawa Timur-an, Jaipongan, dan tarian daerah lainnya seperti tarian Bali dan Sumatera.

Dari mana kecintaannya terhadap dunia tari dimulai? “Waktu kecil saya sering melihat orang menari karena di rumah saya juga ada instrumen musik yang lengkap serta wayang,” papar Maria yang memang terlahir di keluarga seniman. “Awalnya saya tidak suka menari karena dulu sangat tomboy dan lebih sering bermain dengan tiga saudara laki-laki, tapi ibu selalu mengajak untuk latihan nari. Akhirnya, saya sangat bersyukur bisa tetap menari meskipun dulunya sambil berprofesi sebagai pramugari dan peragawati,” tambah Maria yang pernah dinobatkan sebagai Puteri Jawa Timur 27 tahun yang lalu ini. Ia pun mengaku bisa membiayai kuliah dari hasil tampil menari di acara-acara dan pernikahan temannya di beberapa negara.

Bersama SSPI, Maria telah tampil di banyak acara di Australia, salah satunya adalah ketika SSPI berkolaborasi dengan sanggar dan komunitas tari lainnya di Victoria dalam acara Celebration of Indonesia pada Agustus lalu. Maria selaku koreografer melahirkan inovasi tarian daerah yang dicampur ciri khas Sang Penari.

Selain tampil di berbagai acara dan festival, Ibu dari Louis, Amelia dan Jonathan ini sibuk juga mengadakan workshop tarian di sekolah-sekolah. “Anak-anak jaman sekarang justru menganggap menari tradisional itu nggak keren, padahal suatu kebanggaan bagi saya bisa menjadi penari sekaligus membudayakan tarian Indonesia di mana saya berada,” ungkapnya tentang tantangan yang dihadapi dunia tari tradisional.

Maria pun mengungkapkan komitmen kecintaannya terhadap budaya dan seni. “Kemanapun saya diminta bila itu berkaitan dengan budaya dan seni, saya pasti akan langsung hadir di sana,” tegasnya.

Teks: Evelynd
Foto: Windu Kuntoro