Kabul dan ATC

Dalam keadaan normal pesawat terbang baru boleh tinggal landas setelah ada çlearance dari ATC (Air Traffic Control) sebagai badan yang berwenang mengizinkan kapal udara ‘tinggal landas’ atau ‘mendarat’ di suatu bandara.  Tanpa adanya clearance dari ATC pesawat manapun tidak bisa ‘tinggal landas’ atau ‘mendarat’.

Pemandangan beberapa waktu lalu tepatnya pada tanggal 23/01/21, di Bandara Internasional Kabul, Afghanistan di mana pesawat angkut militer Amerika Serikat C-17 sudah ‘siap tinggal landas’ sementara masih banyak orang bergelantungan di badan pesawat di bagian lempengan atas roda, sebuah pemandangan yang çukup mengerikan dan mencekam.

Setelah pesawat ‘tinggal landas’ di dalam salah satu video terlihat ‘dua benda hitam’ jatuh dari pesawat. Ternyata, salah satu ‘benda hitam’ tadi adalah salah seorang pemain sepak-bola nasional Afghanistan berusia 17 tahun bernama Zaki Anwari yang terlihat bergelantungan di bagian lempengan atas roda pesawat C-17 sebelum lepas landas!  Setelah mendarat di Doha ternyata ada beberapa mayat ditemukan di kompartemen roda pesawat.

Ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, sudah tidak ada lagi petugas ATC. Jadi pilot tidak harus menunggu perintah dari ATC untuk mendapatkan clearance untuk lepas landas.  Dengan demikian mengambil keputusan sendiri untuk tetap ‘tinggal landas’ dan tidak mengira masih ada orang di bergelantungan di badan pesawat!

Kemungkinan kedua, pilot dan kopilot tidak bisa melihat orang yang masih ada di atas lempengan roda tersebut. Bisa dibayangkan trauma yang dialami oleh kapten dan kopilot setelah menyadari bahwa ada orang yang jatuh dari pesawatnya dan ada beberapa mayat ditemukan di kompartemen roda pesawat!

Pilot tidak melihat bahwa ada orang yang bergelantungan di pesawat sulit dimengerti tapi secara bersamaan juga bisa dimengerti karena sedang dalam kondisi ‘darurat’!  Sekarang Angkatan Udara Amerika Serikat sedang menyelidiki kejadian tragis ini. 

Kejadian di Bandara Internasional Kabul mau tidak mau mengingatkan orang akan kejadian pengungsian di atas atap kedutaan besar Amerika Serikat di Saigon pada tanggal 30 April 1975, di mana ratusan orang Vietnam berdesak-desakan untuk masuk ke pekarangan kedubes untuk ikut ke atas pesawat helicopter yang siap lepas landas di atas atap kedubes AS di Saigon.

Yang menarik adalah keterlibatan Amerika Serikat di Vietnam adalah dari tahun 1955 – 1975, selama 20 tahun. Sedangkan keterlibatan Amerika Serikat di Afghanistan juga 20 tahun; dari tahun 2001 – 2021!

Yang percaya kepada angka-angka yang punya kaitannya dengan apa yang akan terjadi masa depan atau tepatnya ‘tahayul’ atau dalam bahasa Inggris-nya superstition, silakan menginterpretasikan arti angka 20 tadi. 

Yang tidak percaya angka-angka juga boleh-boleh saja, anggaplah itu hanya ‘kebetulan’! Yang percaya bahwa tidak ada yang namanya ‘kebetulan’ juga sah-sah saja!

Tapi ada satu hal yang patut kita syukuri sebagai orang Indonesia yaitu di tahun 1958, pemerintah Amerika Serikat melalui kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta sudah minta izin untuk menyelamatkan orang Amerika di Pekanbaru, untunglah Sukarno dan Nasution menolak dan menegaskan bahwa Indonesia mampu menyelamatkan warga asing di Indonesia. Bisa dibayangkan kalau sampai tentara AS masuk ke Indonesia?

Tapi ada satu hal yang pasti dalam setiap peperangan: selalu saja rakyat sipil yang menjadi korban.  Seperti kata pepatah ‘dua gajah berkelahi semut yang mati’! Tragis!

Sekaligus penulis mengucapkan Selamat Hari Natal 2021 dan Tahun Baru 2022!  

Teks: Anton Alimin

YouTube: Good Morning Indonesia with Poetry