Indonesian Forum Oktober: “Anak Muda Bisa Apa?”

Acara Indonesia Forum Monthly Discussion yang rutin digelar kali ini mengangkat tema tentang “Anak Muda, Bisa Apa?” – The Millenials, Media and Politics yang diselenggarakan pada tanggal 19 Oktober 2018 bertempat di Arts West Building – Kampus Parkville, University of Melbourne. Hadir sebagai pembicara pertama dalam kegiatan ini adalah Dr. Ariane Utomo, yang juga merupakan dosen di School of Geography pada kampus yang sama. Ia memaparkan tentang beberapa fakta terkait bonus demografi yang saat ini tengah dirasakan Indonesia. Ia juga mencari benang merah mengenai batasan individu dikatakan sebagai millennial berdasarkan data statistik. Lebih lanjut, ia mengaitkan tentang peran millennial dalam melihat trend untuk menentukan suara dalam pemilihan suara di pesta akbar demokrasi tahun depan.

Berdasarkan data yang dihimpun dari political cohort di tahun 2016, Dr. Ariane menjelaskan bahwa sebanyak 48% pemilih pada pemilu presiden nantinya berasal dari kaum muda. “Melihat trend pemilih, kandidat dari masing – masing pasangan calon (paslon) seharusnya bisa melihat kesempatan apa yang sebenrnya benar – benar dibutuhkan kaum millennial,” ujar Dr. Ariane. Ia pun kemudian membandingkan beberapa contoh kegiatan yang dilakukan masing – masing paslon dalam menggaet atensi pemilih muda ini di sejumlah kegiatan yang tengah mereka lakukan.

Pembicara kedua, Dr. Nyarwi Ahmad, yang merupakan dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan juga Post-Doctoral Research Fellow di Asia Institute, Faculty of Arts, University of Melbourne lebih menyoroti tentang partisipasi dari beberapa politisi muda di dunia politik yang jangan hanya sekadar trend. Ia juga mengkritisi tentang partisipasi beberapa politisi muda ini dalam menginisiasi beberapa perubahan terkait kebijakan publik yang membedakan dengan politisi sebelumnya. Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa beberapa politisi millennial yang juga harus dilihat kembali melalui peranan mereka sebagai subjek atau objek dalam pembuatan berbagai keputusan di sektor publik.

Masih terkait dengan pembicara pertama, Dr. Nyarwi pun merasa diperlukan pemahaman yang komprehensif dalam merumuskan berbagai kebijakan yang berpengaruh bagi pemuda dan implikasinya di masa yang akan datang. Sebagai penutup, Hellena Sousia yang saat ini tengah menempuh studi PhD di kampus yang sama lebih membahas tentang peran media dalam menentukan sebuah persepsi di mata kaum muda.

Menurut Hellena, hal yang juga menarik adalah ketika banyak dari politisi – politisi yang jauh lebih senior kemudian berlomba – lomba untuk terlihat seperti kaum “millennial”. Selain itu di Indonesia sendiri, adanya campur tangan kepemilikan beberapa owner stasiun televisi dalam mengkampanyekan suara partai mereka di berbagai tayangan di layar kaca. Sehingga media dalam berkampanye pun tidak melulu bergerak di jalur mainstream tetapi sudah masuk ke ranah beberapa tayangan seperti sinetron maupun kuis di layar kaca. Sehingga dibutuhkan pemahaman akan media literasi dalam memilah – milah maksud dan pesan yang hendak disampaikan sehingga tidak adanya kesalahan interpretasi di berbagai arus informasi dalam ranah publik.

Teks dan foto: Destari Puspa Pertiwi