ICCSP Camp 2015: “Deeper, Slow Spirituality in a Fast World”

ICCSP Camp 2015 #OZIP
Peserta ICCSP Camp 2015.

Steven Tandijaya

Untuk pertama kalinya, Indonesia Christian Church mengadakan camp yang diperuntukan untuk bagi para mahasiswa dan pekerja di tengah- tengah jemaatnya. Camp ini diadakan pada 10-12 April 2015 di Edmund Rice Centre “Amberley yang terletak di Lower Plenty (sekitar 30 menit naik mobil dari Melbourne). Tema camp kali ini adalah “Deeper: Slow Spirituality In A Fast World.”

Tujuan utama yang mau dicapai dari camp ini adalah agar para pemuda serta pekerja Kristen belajar bagaimana untuk mempunyai kerohanian atau spiritualitas yang bertumbuh di dalam Kristus di tengah dunia yang tidak menentu dan terus berubah. ICC berharap agar camp ini dapat menjadi momentum baru dalam pembentukan karakter serta moral Kristian bagi para mahasiswa dan pekerja.

ICCSP Camp 2015#OZIP
Salah satu sesi dalam ICCSP Camp 2015.

Camp ini begitu berkesan bagi kami semua khususnya sesi-sesi yang dibawakan oleh Pendeta Jeffrey Siauw dan Pendeta Yohan Candawarsa. Dari sesi ke sesi kami selalu mendapatkan sesuatu yang baru- secara khusus kami belajar banyak tentang ap artinya menjadi seorang Kristen yang sesungguhnya. Pendeta Jeffrew Siauw menantang kami bahwa kalau kehidupan Kristen kita terlalu ‘normal’, mungkin artinya kita bukan pengikut Kristus yang sejati. Sementara Pendeta Yohan Candawarsa mengupas betapa bahaya hidup orang Kristen yang kasihnya tidak berarah kepada Tuhan, melainkan pada hal-hal lain di dalam hidupnya. Di akhir setiap sesi selalu diadan tanya jawab interaktif bersama dengan para pembicara untuk lebih mengedepankan apa yang telah dipelajari sejauh ini. Selain itu, setiap peserta berada di dalam kelompok diskusi dimana mereka bisa membagikan berkat serta pergumulan pribadi mereka.

Selain belajar bersama, camp kali ini mengadakan beberapa aktivitas yang sangat menarik serta membuat kami lebih saling mengenal satu sama lain. Misalnya saja permainan memecahkan kode untuk membuka tiga buah yang sudah disediakan oleh panitia. Dan juga permainan lempar balon air yang membuat hamper semua peseta terguyur basah. Dari permainan-permainan yang ada kami belajar arti kerjasama sebagai sebuah tim dan pada saat yang sama kami banyak tertawa bersama dan begitu menikmati waktu kebersamaan kami.

Malam terakhir camp kami dibagi ke dalam 2 sesi workshop. Workshop bagi mahasiswa dipimpin oleh Pendeta Christian Tirtha dan bagi pekerja ole Dr Sen Sendjaya. Di dalam workshop bagi mahasiswa kami belajar bahwa salah satu esensi dari kerohanian yang dalam adalah mempunyai pikiran yang dalam. Kami melihat beberapa cara pikir beracun yang ditawarkan dunia serta bagaimana Alkitab memberikan cara berpikir Kristen yang seharusnya kita miliki. Selain itu, para pekerja jadi ditantang untuk melihat pekerjaan mereka lebih dari sekedar uang, gengsi, dan kemapanan belaka. Sebagai pekerja Kristen semua bentuk pekerjaan kita berharga di mata Allah, dan seharusnya dapat dilakukan dengan mata dan tujuan untuk memuliakan Dia serta menjadi berkat bagi sesame. Kedua workshop ini begitu berarti bagi kami semua karena mengajarkan bagaimana transformasi yang dilakukan Kristus dalam kehidupan belajar dan pekerjaan kita sehari-hari. Pada malam yang sama kami mengadakan api unggun bersama dan memiliki kesempatan untuk membagikan apa saja yang kita dapatkan selama dalam camp ini.

ICCSP Camp 2015#OZIP
Salah satu sesi dalam ICCSP Camp 2015.

Hari terakhir kami dimulai dengan kebaktian minggu yang dibawakan oleh Pendeta Christian Tirtha. Di dalam khotbahnya Pendeta Christian mengingatkan bahwa tanpa terkecuali, setiap pengikut Kristus dipanggil masuk ke dalam peperangan rohani dari hari ke hari. Hanya mereka yang menyerahkan hidupnya kepada Allah pada hari inilah yang akan berbagian di dalam kemuliaan kelak. Kebaktian kami berakhir dengan baik dan diakhiri dengan sesi penutup dimana kami dapat membagikan kesan-kesan pada camp kali ini. Kami begitu bersyukur atas pertolonganTuhan melalui panitia-panitia yang mau bekerja keras untuk persiapan, eksekusi serta kelancaran camp ini. Kembali dari camp kami dipenuhi dengan rasa syukur melihat apa yang Ia kerjakan selama tiga hari, serta pengharapan untuk apa yang Ia akan terus kerjakan sepanjang hidup kami.

Foto: Steven Tandijaya