IA-CEPA, Langkah Besar dalam Kerjasama Ekonomi Indonesia-Australia

Sebagai hasil perundingan antara pihak Indonesia dan Australia, kedua negara mulai memberlakukan Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement, atau bisa disingkat sebagai IA-CEPA sejak tanggal 5 Juli 2020. 

Tujuan utama dari IA-CEPA adalah untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia, terutama di bidang ekonomi. Tercapainya persetujuan ini merupakan bagian dari konsep pengembangan Indonesia sebagai sebuah economic powerhouse. Hal ini disampaikan oleh Kristiarto Legowo selaku Duta Besar Indonesia untuk Australia dalam sebuah webinar yang diadakan Indonesia Diaspora Network (IDN) pada 1 Juli 2020 lalu. 

“IA-CEPA ketika diimplementasikan akan sangat mempengaruhi masyarakat Indonesia di bidang ekonomi,” ujar Kristiarto. Beliau juga mengharapkan IA-CEPA sebagai sebuah bentuk kemitraan antara Indonesia dan Australia untuk menjadi makmur bersama. 

Diluncurkan pada 2010 silam, negosiasi pembentukan IA-CEPA berlangsung selama hampir sembilan tahun sebelum akhirnya ditandatangani pada tanggal 4 Maret 2019 dan diratifikasi melalui UU no. 1 tahun 2020 pada tanggal 28 Februari 2020. 

IA-CEPA tidak hanya mencakup perdagangan barang dan jasa antara Indonesia-Australia, tapi juga aspek ekonomi lainnya seperti investasi, sumber daya manusia, ketentuan legal, dan juga persaingan usaha. 

Menurut Agung Wicaksono Sochirin selaku Atase Perdagangan KBRI Canberra, IA-CEPA dalam penerapannya tidak hanya akan melihat dari aspek komersial, tapi bagaimana kedua negara bisa berkolaborasi sesuai kapasitas masing-masing. 

“Indonesia memiliki kedekatan dengan Australia,” ujar Agung merujuk ke hubungan perdagangan kedua negara. “Karakteristik Indonesia-Australia memiliki komplementaritas yang cukup dekat.”

Misalnya dalam bidang sumber daya manusia, IA-CEPA akan mendorong industri pendidikan dan pelatihan kejuruan dari berbagai bidang pekerjaan seperti guru, insinyur, dan bidang keperawatan. Selain itu, IA-CEPA juga akan meningkatkan kapasitas Technical and Vocational Education and Training atau TVET. 

Kabar baik juga datang dari bidang imigrasi, dimana terdapat perubahan dalam penerapan Working Holiday Visa (WHV) di Australia. Perubahan terjadi dari segi kuota warga Indonesia yang bisa mendapatkan WHV dari yang sebelumnya sebanyak 1000 orang meningkat menjadi 4100 orang, efektif ketika IA-CEPA mulai diimplementasikan. Menurut Agung, angka kuota tersebut bisa naik hingga 5000 orang memasuki tahun kelima IA-CEPA. 

Tentunya penerapan IA-CEPA akan sangat dipengaruhi oleh situasi pandemi COVID-19 di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dan Australia. Agung menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2020 akan turun sebanyak tiga persen. “Ini menjadi tantangan bagi kita semua,” jelasnya. 

Sedangkan dari segi impor-ekspor, IA-CEPA akan mempermudah akses perdagangan barang, salah satunya dengan mengubah bea masuk produk Indonesia ke Australia menjadi nol persen. Hal ini dinilai akan sangat membantu pengusaha Indonesia yang ingin membuka bisnis di Australia menurut direktur investasi Victoria Government Trade Investment Office Jakarta, Huda Albanna. “Selain itu, IA-CEPA juga akan membantu pengusaha Victoria yang ingin membuka bisnis di Indonesia,” ujarnya. 

Huda menilai, Australia merupakan sebuah lokasi yang strategis bagi pengusaha Indonesia yang ingin memperluas usahanya ke luar negeri. “Australia memiliki banyak free trade agreement dengan negara lain, dan ini merupakan salah satu nilai jual membuka bisnis di Australia, terutama di Victoria.” 

“Kita berharap volume perdagangan bertambah,” ujar Huda. “Dan dengan meningkatnya trade, kita juga berharap investasi bertambah juga.” 

Dengan banyaknya peluang yang terbuka berkat IA-CEPA, pengusaha Indonesia ditantang untuk mencari peluang berbisnis dan bersaing dalam pasar Australia. Hal ini dipaparkan oleh Hermawan Kertajaya selaku Chairman Markplus yang juga hadir dalam webinar. 

“Kalau kita mau export ke Australia, kita juga harus melihat kompetitor dari negara lain,” jelas Hermawan. “Selain itu, kita juga harus mengamati customer dan social culture dari negara sasaran.” 

Hal senada juga diutarakan oleh Felia Salim selaku dewan direktur EximBank dan AndGreen Fund. “Kita harus menuntut diri mencapai standar yang lumrah di Australia,” ujarnya. “Karena lebih baik bekerja sama dengan neighbors (tetangga) daripada kerja sendiri.” 

Informasi tambahan mengenai IA-CEPA bisa diakses melalui laman 

http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/bilateral/asia-tenggara-dan-pasifik/australia

Penulis: Jason Ngagianto

Foto: Berbagai sumber