Gaung Semangat Asian Games 2018 di Australia

Tanggal 18 Agustus hingga 2 September kemarin, Indonesia menjadi tuan rumah ajang pertandingan olahraga terbesar se-Asia, yaitu Asian Games 2018. Mata dunia tertuju pada Indonesia selama dua minggu itu. Indonesia sendiri menurunkan sekitar 200 atlet untuk berlaga di cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan. Dengan persiapan matang, dukungan dari pemerintah, serta suntikan semangat dari segenap bangsa, Indonesia berhasil meraih total 98 medali, yang terdiri atas 31 medali emas, 24 perak, dan 23 perunggu. Raihan medali ini menempatkan Indonesia di posisi keempat di antara 37 negara Asia yang bertanding.

Euforia, gegap gempita, dan kesibukan negara kita menjamu tamu Asia tersiar ke mana-mana. Lalu, apa kabar kita di Melbourne yang hanya bisa menonton dari kejauhan?

Albertus Andhika mahasiswa Master of International Business di University of Melbourne, mengatakan bahwa perasaannya tetap senang meskipun hanya bisa melihat dari jauh. “Ini adalah sebuah kebanggaaan tersendiri, melihat Indonesia menjadi tuan rumah dan bahkan menjadi juara empat. Dilihat dari sisi persiapan dan juga pembukaan sangat luar biasa,” ujar Dhika – demikian ia disapa – kepada OZIP.

Meski sama bangganya dengan Dhika, Angen Yudho Kisworo tetap saja merasa sedih karena tak bisa merasakan langsung suasana dan semangat Asian Games yang menyelimuti Indonesia kemarin. Untuk mengurangi rasa sedih, “saya mengajak beberapa teman dekat untuk menonton pertandingan Asian Games. Sebagai contoh, ketika saya dan teman-teman mengerjakan tugas, di tengah-tengah kesibukan, kami menonton pertandingan sepakbola bersama-sama,” ujar mahasiswa Master of TESOL Monash University asal Sidoarjo ini.

Dhika bahkan berbagi antusiasme kepada teman-temannya yang bukan orang Indonesia. “Mereka bahkan ada yang bercanda dengan saya, bilang kalau presiden Indonesia sudah jadi superhero dengan atraksi lompat naik motor,” selorohnya pemuda asal Malang ini. Selain itu, Dhika dan teman-temannya juga mengadakan acara nonton bareng alias “nobar” pembukaan dan penutupan Asian Games melalui streaming internet. “Jadi, atmosfernya seperti di Indonesia, karena nonton rame-rame sama teman-teman Indonesia.”

Secara umum, Dhika memandang bahwa pemerintah tampaknya sangat serius mempersiapkan dan menyelenggarakan Asian Games. Selain itu, menurutnya manajemen atlet dan regenerasi atlet sudah baik. Ia merujuk pada kemenangan Jonathan Christie (Jojo) di cabang Bulutangkis Tunggal Putra. Jojo berhasil meraih medali emas di usia yang terbilang muda (20 tahun), “ini kelihatan kalau manajemen sudah sangat baik,” kata Dhika.

Senada dengannya, Angen juga melihat manajemen atlet di cabang kegemarannya, sepakbola, juga sudah cukup membanggakan. “Setidaknya, sebagai penonton sepakbola, saya dapat menikmati proses pertandingannya karena permainan yang ditampilkan sudah cukup baik,” ujar Angen. Jadi, meski harus terhenti di babak 16 besar pada saat melawan Uni Emirat Arab, Angen tetap merasa bangga. “Saya berharap pada Asian Games selanjutnya, timnas Indonesia bisa melaju ke babak yang tinggi.”

 

Teks: Pratiwi Utami

Foto: Drajat Anggoro 

 

 

Albertus Andhika./Foto: dok. Pribadi

 

Angen Yudho Kisworo./Foto: dok. pribadi