Ego is the Enemy, Belajar Menaklukkan Diri Sendiri

Aku sangat suka membaca buku self-help dan self-development. Dari itu aku selalu belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi setiap harinya. Tidak sengaja Ketika sedang mencari referensi buku baru untuk di baca, buku berwarna biru tua bertuliskan Ego is the Enemy ini seolah memanggil untuk dibaca.

Buku ini ditulis oleh Ryan Holiday. Pria kelahiran 16 Juni 1987 ini merupakan seorang penulis asal Amerika. Dia juga merupakan seorang ahli strategi hubungan masyarakat, pemilik toko buku, dan pembawa acara podcast The Daily Stoic. Ryan menuangkan ide dan pemikirannya di dalam buku Ego is the Enemy ini sebanyak 256 halaman. Namun ternyata, halaman buku ini bisa berubah tergantung dari bahasa yang digunakan dalam buku.

Prolog buku ini membahas tentang bagaimana kebanyakan buku-buku sejarah dipenuhi dengan kisah-kisah obsesif, jenius yang visioner dimana mereka menciptakan kembali dunia dengan kekuatan yang hampir tidak rasional. 

Penulis menemukan bahwa sejarah juga dibuat oleh individu-individu yang melawan ego mereka di setiap kesempatan, yang menghindari sorotan, dan yang menempatkan tujuan mereka di atas keinginan mereka untuk diakui.

Banyak dari kita meyakini bahwa hambatan utama untuk kehidupan sukses adalah faktor eksternal dari dunia luar. Faktanya, musuh paling umum merupakan diri kita sendiri, yaitu ego kita. Di awal karir kita, ego menghambat pembelajaran dan pengembangan bakat. Dengan kesuksesan yang kita capai, ego bisa membutakan kita dari kesalahan kita dan menabur masalah di kemudian hari. Ketika gagal, ego membuat kita makin terpukul dan membuat pemulihan kita lebih sulit. Pada tiap tahap ini, ego menahan kita.

Buku Ego is the Enemy memberikan beragam cerita dan contoh, dari sastra, filsafat, hingga sejarah. 

Kita akan dibawa ke dalam kisah tokoh-tokoh menarik seperti Howard Hughes, Katharine Graham, Bill Belichick, dan Eleanor Roosevelt, yang semuanya mencapai tingkat kesuksesan tertinggi dengan menaklukkan ego mereka sendiri. Strategi dan taktik mereka juga bisa kita implementasikan.

Menurutku, buku ini sangat bagus dalam mengilustrasikan bagaimana ego mempengaruhi hidup kita. Ego is the Enemy juga mengelaborasi bagaimana kemampuan mengelola ego bisa membantu kita untuk bisa menjadi diri kita seutuhnya dan fokus dalam meraih tujuan hidup kita. Kita akan dibantu menyadari mana bagian dari kita yang merupakan passion dan mana yang ego. Bisa jadi yang selama ini kita sangka passion sebenarnya bukan lah passion, melainkan ego. Kesalahpahaman akan keyakinan yang kita bangun dalam diri kita bisa menghambat tercapainya tujuan-tujuan kita, baik itu secara personal maupun professional.

Pada intinya, buku ini memberikan pesan bahwa Ketika kita bisa melepaskan diri kita dari belenggu “ego”, maka ketika itu pula kita bisa leluasa dan fokus mencapai tujuan sesungguhnya yang ingin kita capai.

Teks: Siti Mahdaria 

Foto: Goodreads