DEMI UANG

Uang memang menggiurkan. “Semua hal dapat dibeli oleh uang”, demikian salah satu ungkapan bahasa Inggris. Namun demikian, tidak semua hal yang dibeli dengan uang akan berujung kebahagiaan dan ketenangan jiwa.

Terdapat ratusan peribahasa dan ungkapan yang melibatkan uang. Banyak daripada mereka yang mengingatkan kita akan sisi-sisi negatif dari uang dan ketamakan. Namun, tanpa uang yang cukup, memang kita niscaya akan kewalahan dalam hidup.Uang bahkan dapat merusak tali persaudaraan dan persahabatan. Sesama saudara yang tadinya rukun pun dapat berselisih pendapat jika uang sudah terlibat. Bayangkan tali persaudaraan yang kekal bias terputus karena ketamakan akan uang yang kononnya merupakan salah satu “daki dunia”.

Dalam Kitab Suci Umat Kristen, turut tertera sebuah pesan menarik tentang uang:

“Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” Timotius 6:10.

Sebenarnya, uang sebagai sebuah alat tukar itu sifatnya bagus. Namun, kecintaan yang berlebih terhadap uang kerap membuat seseorang hilang arah. Dan bagi beberapa orang, demi mendapatkan uang, dirinya sanggup melakukan apa saja – termasuk hal-hal yang ilegal.

Dalam karyanya yang menarik Saudagar dari Venesia” (The Merchant of Venice) pujangga Inggris (mungkin juga pujangga terbesar umat manusia) William Shakespeare, mengisahkan bagaimana seorang rentenir Yahudi bernama Shylock merasa mendapat peluang untuk membalas dendam terhadap ejekan, cemoohan, sindiran dan lain-lain hinaan yang sebelumnya dilampiaskan atas dirinya oleh orang-orang Kristen, terutama oleh seorang saudagar Kristiani bernama Antonio. Suatu hari, sahabat akrab Antonio bernama Bassanio memerlukan uang dalam upayanya memikat hati seorang perempuan cantik bernama Portia. Namun Bassanio pada saat itu tidak memiliki uang yang cukup dan dirinya pun ingin meminjam uang dari Antonio. Demi persahabatan, Antonio akhirnya tidak segan-segan mendatangi rentenir Shylock untuk meminjam uang. Shylock tidak mau mengenakan bunga, melainkan seakan secara berkelakar mengatakan: “Kalau pinjaman ini tidak dibayarkan kembali tepat waktunya, maka ia akan dibolehkan memotong “a pound of flesh” (satu pon daging yang beratnya sekitar setengah kilo) dari tubuh Antonio.” Demi persahabatan, Antonio pun mengiyakan. Tapi apa hendak dikata? Kapal layar yang membawa barang-barang dagangan milik Antonio terlambat tiba di Venesia. Shylock merasa mendapat kesempatan baik untuk menuntut balas, dalam bentuk setengah kilo daging dari tubuh Antonio.Kasus ini sampai ke pengadilan, dan Portia menyamar sebagai kuasa hukum Antonio dan mengakui bahwa memang Shylock sangat berhak untuk menyayat setengah kilo daging dari tubuh Antonio.

“Hanya saja,” lanjut Portia, “dalam perjanjian pinjam meminjam itu tidak ada disebutkan bahwa darah boleh tertitis dari tubuh Antonio, dan juga bahwa daging yang disayat tidak boleh lebih atau kurang dari setengah kilo.”

Tentu saja Shylock kewalahan dan karena terpojok Shylock kemudian berubah pikiran dan mengaku bersedia menerima pelunasan hutang Antonio dengan tambahan bunga yang besar yang pernah ditawarkan Antonio sebelumnya.

Namun Portia menolak dan, sebagaimana dengan indahnya disusun oleh Shakespeare, mengingatkan pengadilan:

“If it be proved against an alien that by direct or indirect attempts he seek the life of any citizen, the party ‘gainst the which he doth contrive shall seize one half his goods. The other half comes to the privy coffer of the state, and the offender’s life lies in the mercy of the duke only ‘gainst all other voice” (Shakespeare, 4.1.341-348). Artinya: “Dan apabila terbukti bahwa seseorang secara langsung atau tidak langsung mengupayakan (untuk menghilangkan) nyawa seorang warga negara, maka pihak yang hendak dimangsanya itu berhak menyita separuh dari hartanya, sedangkan yang separuh lagi masuk ke dalam kas penguasa, sedangkan nasib pihak yang bersalah berada di tangan penguasa.” Bangkrutlah Shylock dan selamatlah Antonio. Bassanio sendiri akhirnya hidup rukun dan damai dengan Portia sepanjang hayat dikandung badan.

Dalam karyanya itu, memang Shakespeare menunjukkan sikap “anti-semitisme”-nya. Sekiranya karya tersebut ditulis di zaman ini, niscaya karya tersebut akan menimbulkan banyak kegaduhan.Bagaimana pun daya tarik uang memang dahsyat. Oleh sebab itu juga  begitu banyak pejabat di Indonesia yang masuk penjara karena OTT KPK (Operasi Tangkap Tangan Komisi Pemberantasan Korupsi).Bagi yang tidak tahu bersyukur maka seberapa banyak pun uangnya niscaya belum dan tidak cukup.Sebagaimana pernah dikatakan istri Presiden Amerika Serikat John Kennedy, Jacquiline Kennedy, “Tidak mungkin ada orang yang pernah merasa sudah cukup kaya.” Mau buktinya? Di kota Sydney pernah bermukim seorang hartawan bernama Rene Rivkin, yang perahu pelesiran miliknya bernilai belasan juta dolar. Namun akhirnya dirinya masuk penjara karena tergiur melakukan kecurangan yang beriming-iming keuntungan.

Ketika mendengar dari orang dalam bahwa sebuah perusahaan akan bergabung dengan maskapai penerbangan Qantas, dirinya langsung membeli dalam jumlah besar saham-saham Qantas. Perbuatannya itu terbilang pidana di Australia karena merupakan apa yang disebut sebagai “insider trading”. Ia tertangkap dan akhirnya dipenjarakan. Keuntungan yang diperoleh dari perbuatan curang tersebut tidak sampai $350. Padahal, nilai cerutu yang suka dihisapnya sudah lebih dari 350 dolar sepekan. Sungguh disayangkan ketamakan dirinya akan uang membuatnya lupa daratan.

Oleh sebab itulah filosof dan negarawan Irlandia Edmund Burke pernah mengingatkan:“Jika kita menjadi tuan dari kekayaan kita, maka kita akan kaya dan merdeka. Apabila kekayaan yang mengatur diri kita, maka kita adalah orang yang pupus.” 

Dalam tamsil Tiongkok alkisah seorang kaya raya yang sebelumnya sangat miskin. Suatu hari, anak bungsunya yang sangat disayanginya diculik oleh penjahat yang menuntut uang tebusan. Ia menugaskan putranya yang ketiga, yang lahir sesudah dirinya menjadi kaya raya, untuk menegosiasikan jumlah uang tebusan dengan para penjahat. Namun anak sulungnya yang lahir ketika ia masih sangat miskin protes dan mengaku bahwa dirinyalah yang paling berhak merundingkan jumlah uang tebusan. Akhirnya, sang ayah pun mengalah.

Namun apa yang terjadi memang sangat mengibakan. Perundingan dengan para penjahat gagal, dan sang adik bungsu akhirnya dihabisi oleh para penculik yang kehilangan kesabaran.

Ketika sang anak sulung melaporkan kembali kegagalan misinya itu, sang ayah mengingatkan: “Kau lahir dan besar di tengah kemiskinan, sehingga kau sangat teliti dengan uang, sementara adikmu yang awalnya hendak ayah tugaskan untuk merundingkan jumlah uang tebusan itu sama sekali tidak pernah menganggap uang itu penting, sehingga berapa saja dituntut para penculik niscaya akan disepakatinya.”

Dalam pembukaan tulisan ini telah dikutip salah satu ayat dalam Alkitab, dan sebagai akhir dari tulisan ini ada baiknya jika turut dikutip ayat Al’Quran tentang kekayaan (uang dan sejenisnya):

“Di dalam harta mereka (yang kaya) terdapat hak orang yang meminta-minta dan yang tidak meminta.” (QS 51:19)

Itulah sebabnya dikatakan bahwa zakat (sejenis pajak) yang diwajibkan atas Muslim yang mampu merupakan salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Zakat merupakan alat pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya membantu mereka yang kurang beruntung. Zakat merupakan manifestasi dari kedermawanan (melalui sedekah dan lain-lain sejenisnya) dan reformasi social; zakat adalah suatu proses pembersihan hati dari keserakahan dan kepelitan.

Uang memang berbahaya kalau sampai menguasai pemiliknya.

Penulis Inggris Charles Dickens, yang dalam karyanya banyak membela orang miskin, mengatakan:

“Kalau pemasukan anda 20 dolar dan anda habiskan 19 dolar, itu bijak; tapi kalau besar pasak dari tiang, maka celakalah anda.”

Dewasa ini ada anggapan bahwa tanpa hutang maka roda perekonomian dunia tidak akan berputar. Dan seorang pengamat ekonomi Australia mengatakan, sekiranya “berhutang merupakan salah satu cabang yang dipertandingkan dalam Olimpiade, maka Australia akan merupakan salah satu peserta yang andalan” Ini disebabkan tingginya hutang rata-rata warga di Australia.

Padahal, William Shakespeare dalam karyanya Hamlet memperingatkan:

Neither a borrower nor a lender be.” Jangan meminjam dan meminjamkan uang. Hal tersebut dapat merusak persahabatan dan barangkali juga persaudaraan.  

Wallahu a’lam.