Dari Melbourne Sampai Yogyakarta Diskusi Bilateral Penanggulangan Pandemi

Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerjasama dengan The University of Melbourne (UoM) menyelenggarakan mini-conference pada tanggal 21-22 Juli 2021. Rangkaian diskusi panel yang diadakan selama dua hari ini menghadirkan akademisi Indonesia dan Australia serta para pembuat kebijakan dan praktisi. Mengangkat tema “Australia-Indonesia in Conversation: Managing COVID-19 and ‘Post’-Pandemic Challenges”, konferensi ini berupaya untuk meningkatkan kemitraan bilateral sekaligus berbagi pengetahuan, pengalaman dan wawasan tentang krisis akibat pandemi COVID-19. 

Konferensi diawali dengan pembukaanKerjasama Regional dalam Menanggapi Tantangan Global.Panel ini membahas strategi kerjasama regional masa depan untuk kedua negara sebagai upaya memperkuat ekonomi sambil mengendalikan penyebaran COVID-19 yang terus berlangsung. Panel kedua mengangkat tema “Membangun Kembali Perekonomian Pascapandemi”. Panel ini terfokus pada tantangan dan masa depan hubungan ekonomi kedua negara, terutama setelah berlakunya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia Australia (IA-CEPA).

Panel ketiga berfokus pada tema “Desain Kebijakan dan Kelembagaan: Menanggapi Krisis Kesehatan”. Panel ini membahas bagaimana Australia dan Indonesia menghadapi pandemi COVID-19 dengan mengeksplorasi respon kelembagaan dan kebijakan dalam kedua negara. 

Panel keempat memiliki tajuk “Mempromosikan Inklusi Sosial Selama dan Setelah Pandemi COVID-19”. Panel ini membahas isu-isu keadilan sosial, inklusi sosial, akses publik terhadap vaksin, dan isu lainnya sebagai dampak pandemi COVID-19. 

Pada sesi keempat ini menghadirkan pembicara dari kalangan muda, diantaranya Emily Heng selaku Direktur Operasi Australia Indonesia Youth Association(AIYA) dan mitranya Citra Gantiaji selaku Koordinator Program Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS).

Emily mengungkapkan, “I was honoured to represent AIYA to speak about what young Australians and Indonesians are doing to actively promote social inclusion across both countries. Young people are creative, energetic and technologically savvy, so we have the unique skills to ensure that different identity groups are included in whatever we do. It is a priority of AIYA to continue to hold more inclusive and accessible events.

Citra yang juga menjabat sebagai Presiden AIYA Jakarta menyampaikan, “Dengan melibatkan pemuda dalam diskusi dan aksi untuk menanggapi pandemi, kita dapat mengembangkan dan mengimplementasikan program-program yang sesuai kebutuhan khusus anak muda. Mereka dapat berkontribusi untuk membangun masyarakat yang lebih tangguh dan menciptakan perubahan yang signifikan untuk masa depan.”

Teks: Evelynd 

Foto: Berbagai sumber