Business Coaching Series Week 1 – Waktunya Masuk Pasar Australia

Sebagai tindak lanjut dari persetujuan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement atau yang biasa disebut IA-CEPA, KJRI Melbourne mengadakan rangkaian webinar Zoom bernama Business Coaching Series selama lima minggu berturut-turut, dimulai dari hari Sabtu (31/7/2021). 

Dalam minggu pertama yang bertema “Opportunities to be a Trader”, KJRI Melbourne mengundang tiga pembicara dari bidang bisnis dan niaga: Profesor Edward Buckingham selaku Director of Engagement dari Monash Business School, Diana Pratiwi selaku Presiden Indonesia Diaspora Network Victoria, dan Eriklex D. Sahusilawane dari Kementerian Perdagangan RI. 

Bapak Konjen Kuncoro Giri Waseso juga hadir dalam webinar untuk menyampaikan kata sambutan sekaligus membuka rangkaian Business Coaching Series. “Serial Business Coaching ini sangat relevan karena kita percaya bahwa kemitraan IA-CEPA memiliki tujuan jangka panjang untuk kedua negara,” tukasnya. 

Bapak Kuncoro juga menekankan pentingnya serial Business Coaching untuk generasi muda Indonesia, terutama yang sedang menempuh pendidikan di Australia. “Kami percaya bahwa kaum muda akan menjadi penunjang yang bisa memajukan hubungan ekonomi Indonesia-Australia.” 

Profesor Edward Buckingham membuka rangkaian presentasi dengan menyajikan data-data impor/ekspor komoditas antara Australia dan Indonesia. Baginya, impor/ekspor antara Australia dan Indonesia masih tergolong sedikit, dimana Australia mengekspor kurang dari 2% barangnya ke Indonesia. 

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya peran diaspora Indonesia di Australia dan diaspora Australia di Indonesia dalam memediasi perdagangan antara kedua negara. “Kita membutuhkan orang yang peka budaya Indonesia dan Australia,” jelasnya. “Pengertian budaya yang baik terhadap kedua negara akan memberikan keuntungan dalam pasar Australia.” 

Sementara itu, Diana Pratiwi menjelaskan pengaruh perundingan IA-CEPA dari sisi diaspora Indonesia di Australia, yang menurutnya menyambut IA-CEPA dengan tangan terbuka. 

“IA-CEPA membuka pasar dan kesempatan baru bagi para pedagang,” katanya. “Perundingan ini juga memberikan kesempatan emas bagi diaspora Indonesia untuk mengambil peran penting dalam berdagang dengan Australia.” 

Namun keuntungan yang diberikan oleh IA-CEPA tidak akan berarti bila diaspora kedua negara tidak aktif dalam memajukan hubungan ekonomi kedua negara. Oleh karena itu, Diana memaparkan peran yang harus diambil oleh komunitas bisnis diaspora Indonesia. 

“Antara lain adalah memberikan dukungan, pengetahuan, jaringan, dan informasi dalam pasar Australia,” pungkas Diana. “Diaspora Indonesia juga harus mempromosikan dan memasarkan produk Indonesia di Australia.” 

Maka dari itu, pengetahuan akan prosedur impor/ekspor Indonesia-Australia sangatlah penting. Hal ini disampaikan oleh Eriklex yang akrab disapa Erik. Selain menjelaskan langkah memperoleh produk ekspor, ia juga mengklasifikasikan tiga jenis barang ekspor: bebas ekspor, ekspor terbatas, dan dilarang ekspor. 

“Kini lebih mudah untuk membeli barang dari Indonesia dan mengimpornya ke sini berkat tarif impor nol persen,” tukas Erik, mengacu ke kebijakan tarif impor 0% hasil perundingan IA-CEPA. 

Time is money, sekarang adalah waktu yang tepat bagi para entrepreneur Indonesia untuk mulai berdagang di Australia,” tegas Erik yang pernyataannya juga disetujui oleh Diana. 

Teks dan foto: Jason Ngagianto