Bincang-Bincang Bareng Anak WHV Australia, Seperti Apa Kisah Perjalanannya?

Kerja di Skycity

Beberapa tahun terakhir, peminat Working Holiday Visa atau yang biasa disingkat WHV Australia meningkat drastis. Terbukti pada saat pendaftaran WHV tahun 2019 lalu, dalam laman whv.imigrasi.go.id tercatat sebanyak 107.807 pengakses. Sedangkan setiap tahunnya pemerintah Australia hanya menyediakan kuota 1.000 peserta dari Indonesia. Tingginya antuasiasme masyarakat Indonesia didorong oleh keinginan mendapatkan kesempatan sekali seumur hidup untuk bisa bekerja sekaligus menikmati keindahan alam dan suasana kota-kota di Australia, mengingat WHV hanya diberikan satu kali seumur hidup dan bisa diperpanjang maksimal hingga tiga tahun.

Mendapatkan WHV tentu saja membutuhkan perjuangan panjang dari awal persiapan dokumen, dana, hingga mental yang kuat. Tak hanya sampai di sana, perjuangan masih berlanjut di Australia saat proses mencari pekerjaan. Kali ini OZIP berkesempatan berbincang dengan salah satu peserta WHV Australia asal Toraja, Sulawesi Selatan, bernama Merliana Abung atau yang kerap disapa Merlin. Seperti apa serunya kisah perjalanan Merlin selama di Australia? Simak wawancara OZIP berikut ini!

Merliana Abung

Q: Kapan pertama kali Merlin datang ke Australia?

A: Pertama kali ke Australia pada tanggal 10 April 2017 dalam rangka WHV tahun pertama. Kota pertama yang saya tuju adalah Darwin, karena saat itu pertama kali diumumkan bahwa WHV bisa dua tahun jika memenuhi syarat yaitu bekerja di Northern Territory. Padahal, to be honest, kota impianku adalah Melbourne.

Q: Menurut Merlin, apa saja yang harus dipersiapkan dari Indonesia yang nantinya sangat berguna di Australia?

A: Sebelum WHV ke Australia, sebenarnya yang paling penting itu persiapkanmental, selain keahlian. Karena di Australia tidak selalu soal hidup enak dan gaji tinggi, tapi masa up and down ada banyak dan disana tantangannya, bagaimana kita bisa tetep berjuang dan nggak mudah menyerah. Beruntungnya, saya lahir dari keluarga yang tidak terlalu kaya jadi mentalnya sudah dilatih untuk hidup susah. Jadi mungkin hal pertama adalah mental baja yang siap berjuang menghadapi tantangan, terutama soal nganggur lama kalau kurang beruntung. Kalau mental sudah oke, berikutnya wajib upgrade skills. Keahlian disini tergantung sebenarnya dari pekerjaan apa yang kalian impikan di Australia. Saya sendiri menyesal, mengapa dulu waktu masih di Indonesia tidak kursus barista, karena di Australia barista dicari dimana-mana. Sebenarnya bisa kursus disini tapi biayanya berkali-kali lipat kalau dibandingkan di Indonesia.

Q: Ceritakan sedikit dong perjuangan Merlin saat pertama kali sampai di Australia? Apa kesulitan dan tantangan yang dihadapi?

A: Pertama kali sampai di Australia kesulitannya sudah pasti bahasa. Di Indonesia tidak terbiasa mendengar orang ngomong Bahasa Inggris, jadi saat sampai di bandara bengang-bengong dengerin petugasnya. Bahasa Inggris plus aksen Aussie mereka yang bikin tambah pusing. Selanjutnya, struggling buat dapat kerja karena biasanya kalau diwawancara mereka tanya sudah ada pengalaman apa di Australia. Beruntungnya, waktu itu saya tinggal dengan anak WHV dari Indonesia yang kebetulan sudah bekerja. Jadi saat mereka butuh orang di tempat kerja mereka, saya langsung diinfokan jadi menganggurnya tidak lama-lama. Sempat kaget juga pas awal-awal kerja karena segala sesuatu harus serba cepat, kalau lamban bisa kena omel, jadi latih diri untuk kerja cepat dan tepat. Sempat hampir kena pecat juga, gara-gara miskomunikasi (language barrier). Saran saja, kalau baru datang awal-awal tidak usah terlalu picky soal kerjaan. Apa saja kerjaannya selama halal, kerjakan saja sebagai batu loncatan. Kalau pilihan kerja semakin banyak, mulailah pilah-pilih mana yang cocok.

Kerja di Mine Site Darwin bersama teman-teman Indonesia

Q: Suka duka selama berada di Australia?

A: Suka-duka banyak banget ya, tapi saya sebut yang intinya saja.

Sukanya, sudah pasti karena bisa bertemu orang dari berbagai negara. Bahasa Inggris bisa meningkat banget setelah sampai disini plus tabungan juga improved jika dibandingkan dengan tabungan selama lima tahun kerja sebagai HRD di Indonesia. Selain itu, hidup di negara maju, otomatis kualitas hidup juga lebih baik. Orang-orang disini juga tidak rasis. Menjadi peserta WHV juga membuat saya mendapat pengalaman kerja di berbagai macam jenis pekerjaan seperti car racing, horse racing, gala dinner, dan lain-lain.

Dukanya, to be honest tidak terlalu banyak ya. Paling karena jauh dari keluarga saja dan kalau pengen makan makanan abang gerobak gak bakal ketemu di sini.

Kerja di Racing Car

Q: Berdasarkan pengalaman Merlin, apa saja tips supaya lebih mudah mendapat pekerjaan?

A: – Tulis pengalaman kerja yang paling berhubungan sama kerjaan yang akan dilamar di sini

– Jangan pilih-pilih kerjaan kalau masih awal-awal datang ke Australia

Apply kerjaan sebanyak-banyaknya dan jangan berhenti sampai dapat

Networking diperluas, artinya cari teman sebanyak-banyaknya, karena kamu tidak pernah tahu mungkin referensi pekerjaan selanjutnya datang dari teman sekitar kamu. Berdasarkan pengalaman, sebagian besar pekerjaan yang saya dapat itu merupakan hasil referensi dari teman-teman yang sudah bekerja di sana sebelumnya.

– Kalau beruntung dan dipanggil interview, tunjukkan kepada employer bahwa kamu pekerja keras dan punya attitude

– Jika sudah diterima kerja, lakukan yang terbaik di tempat kerjamu karena kita tidak pernah tahu, ada peluang kerja yang lebih baik akan ditawarkan karena you always do your best

Workmate di Darwin

Q: Sharing dong tips-tips berhemat di Australia a la anak WHV?

A: – Paling penting itu jangan terlalu sering makan di luar. Jadi masak sendiri adalah tip paling ampuh, selain lebih sehat juga ngirit

– Kalau belanja, usahakan cari yang diskon. Saya kalau groceries, selalu lihat harga half price, pantang beli harga normal haha. Ini bisa dicek di katalog supermarket. Atau bisa juga cari yang harganya didiskon. Biasanya di sore hari atau pagi banget saat baru buka, mereka ada price reduction untuk daging, sayuran, dan bahan makanan yang lain. Jangan lupa daftar membership juga karena bisa dapat poin yang nantinya bisa diuangkan.

– Instal aplikasi yang suka kasih promo atau diskon misalnya KFC, Hungry Jack, McDonald, Shopback, dan Liven

– Kalau bisa cari akomodasi yang murah karena akomodasi di Australia mahal. Biasanya di suburb lebih murah daripada di city, tapi hitung juga biaya transportasi lebih hemat yang mana.

– Untuk transportasi selalu beli kartu karena pakai kartu selalu lebih murah dibanding beli lepasan tiap kali trip.

Best Place in Darwin (Cullen-Bay)

Q: Apa rencana kedepannya?

A: Sekarang saya sedang belajar Commercial Cookery karena sedang berusaha untuk bisa apply Permanent Residency di Australia. Saya berharap bisa jadi permanent resident di sini. Bantu doa ya!

Q: Pesan buat teman-teman WHV lainnya?

A: Hanya mau bilang kalau hidup di Australia bukan soal enak-enak dan gaji besar, tapi untuk bisa sampai disana, kita harus kerja keras dan melewati fase up and down. Jadi siapkan mental baik-baik dan jangan mudah menyerah. Harus bisa mandiri karena di sini tidak bisa bergantung sama orang lain. Sebelum memutuskan untuk WHV, kalau bisa sudah ada tujuan yang ingin dicapai agar nanti tidak bingung hidupnya mau dibawa kemana setelah WHV. Tujuan ini yang nantinya akan memacu kalian terus berjuang kalau sudah mulai mau menyerah saat dihadapkan dengan tantangan hidup. At the end, WHV salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil dalam hidup.

Wah ternyata seru juga ya cerita dari Merlin. Selain itu juga banyak tips dan pelajaran yang bisa kita petik dari sana. Untuk teman-teman yang mau tahu lebih banyak lagi cerita dari Merlin, bisa mampir ke kanal Youtube “Jejak Merlin”.

Teks: Stephanie Grace

Foto: Merliana Abung