Bertualang di Alam Liar Australia Barat

Australia Barat-OZIP
Alam liar Australia Barat. Foto: Maria S Sinurat

Oleh Maria Serenade Sinurat

Musim panas perdana saya di Australia adalah musim panas yang sulit dilupa. Bersama dua kawan petualangan dan sebuah mobil sewaan, kami menyusuri pesisir Australia Barat yang membawa kami menuju Kalbarri, kota yang terletak 550 kilometer di sebelah utara Perth. Dari kota pesisir yang berdiam di muara Sungai Murchison inilah petualangan bermula.

Sulit rasanya untuk tidak melonjak kegirangan ketika mobil gardan ganda yang kami naiki memasuki Kalbarri. Sepanjang perjalanan, kami sudah disuguhi lanskap pesisir pantai dengan jalinan warna biru dan hijau pirus. Warna-warna itu begitu kontras dengan tanah kemerahan, gumuk pasir, dan tebing-tebing coklat yang mendominasi daratan Australia Barat. Tanah kering dengan pohon-pohon mati menyisakan ranting tanpa daun juga menjadi panorama yang jamak ditemui. Di daratan terbuka dan kering ini, kami menjumpai pohon-pohon dengan batang bengkok bak orang merunduk akibat terjangan angin kencang dalam waktu yang lama terus-menerus.

 

Daya tarik utama Kalbarri adalah Kalbarri National Park (KNP). Tempat ini yang menarik kami untuk datang. KNP adalah kawasan pelestarian yang fitur utamanya adalah batu pasir, ngarai, dan tebing. Ngarai dan tebing di KNP adalah hasil terjangan angin dan ombak yang membuat lapisan pembentuk dan teksturnya begitu kentara. Untuk menuju ke dalam kawasan KNP, pengunjung harus mengendarai mobil melalui jalan yang kadang beraspal kadang tidak. Kami menyambangi Nature’s Window, sebuah ngarai dengan berbentuk jendela, dan Z Bend, sebuah batu menggantung dari mana kami bisa memandang aliran Sungai Murchison.

 

Untuk menuju ke menara pandang yang ada di setiap ngarai, pengunjung harus berjalan sekitar 700 meter hingga 1 kilometer. Jalur yang disediakan tergolong mudah dan bisa dilakukan oleh anak-anak hingga orang tua. Tantangan yang harus dilalui tentulah udara panas. Aplikasi pengukur suhu di telepon genggam mencatat angka 45 derajat Celcius ketika kami berada di dalam KNP. Panas yang menyengat tanpa angin sedikitpun bak mencekik leher membuat langkah kami melambat dan nafas memburu. Panas memang menjadi kekhawatiran utama para pengunjung di KNP. Papan peringatan di pintu masuk KNP jelas-jelas menginformasikan bahwa panas telah memakan banyak korban di jalur pendakian. Untuk itulah, pendaki disarankan untuk melengkapi diri dengan topi, losion penangkal matahari, baju berlengan panjang, dan terutama 3 hingga 4 liter air minum.

 

Alam liar Australia Barat. Foto: Maria S Sinurat
Alam liar Australia Barat. Foto: Maria S Sinurat

Di dalam kawasan KNP ini juga terdapat jejak fosil arthropoda yang berusia 430 juta tahun. Informasi ini membuat saya takjub karena menyadari betapa tuanya bumi dan begitu menarik ekosistem yang pernah hidup di tempat kami berpijak. Sekembalinya ke pusat kota, suhu udara perlahan turun hingga 30 derajat Celcius. Setelah siksaan panas, tak ada yang lebih menentramkan selain membenamkan diri di Sungai Murchison yang berair asin.

 

Kemah tengah kota

Kalbarri menjadi destinasi keluarga untuk berkemah selama musim panas. Karena berkemah di dalam kawasan taman nasional tidak diizinkan, kemah-kemah yang dikelola pihak swasta bisa dijumpai di pusat kota. Kami berkemah di sebuah lokasi yang dikhususkan untuk kemah dan mobil karavan yang lokasinya bersisian dengan Sungai Murchison.

 

Berkemah di Kalbarri sungguhlah mudah. Mayoritas pengunjung membawa mobil karavan dan menyewa lokasi untuk memarkir mobil mereka. Di dalam karavan inilah, kehidupan berpusat. Sementara itu, kami menyewa lokasi untuk memarkir mobil dan mendirikan tenda saja. Untuk satu tenda dengan kapasitas maksimal 2 orang, pihak manajemen mengenakan biaya 30 dollar AUD per malam. Fasilitas yang disediakan juga memadai, seperti listrik, kamar mandi umum yang bersih, dan dapur bersama. Memasak dapat menjadi opsi untuk mengirit pengeluaran mengingat biaya makan di Kalbarri cenderung lebih mahal. Mayoritas tempat makan di tengah kota pun beroperasi hingga pukul 7 malam.

 

Australia Barat-OZIP
Alam liar Australia Barat. Foto: Maria S Sinurat

Musim panas adalah puncak kedatangan pengunjung ke Kalbarri. Bilamana tertarik untuk mencoba berkemah di Kalbarri, pemesanan lokasi bisa dilakukan secara online maupun melalui telepon. Ada baiknya untuk memesan jauh-jauh hari mengingat areal kemah cepat terisi di musim liburan.

 

 

Singgah di Laguna Pink

Rute menuju Kalbarri memungkinkan kami untuk singgah di beberapa lokasi menarik seperti danau dangkal berwarna pink. Danau berwarna pink yang bernama resmi Hutt Lagoon ini terletak 35 kilometer di sebelah Selatan Kalbarri. Rona pink yang muncul di danau terjadi karena keberadaan jenis alga Dunaliella salina di dalamnya.

 

Rute yang kami ambil bernama Indian Ocean Drive, sebuah jalur pesisir yang menghubungkan kota-kota pesisir di Australia Barat. Sepanjang rute ini, beberapa kota yang kami kunjungi adalah Lancelin, Jurien Bay, Geraldton, dan Cervantes. Tiga yang pertama adalah kota dengan garis pantai yang datar dan panjang dengan pantai-pantai berpasir putih nan lembut. Adapun pesona utama dari Cervantes tak lain adalah Nambung National Park, tempat kami menyambangi The Pinnacles, padang pasir dengan formasi ribuan batu gamping dalam berbagai bentuk dan ukuran. Tak jauh dari The Pinnacles, terdapat Kangaroo Point, tempat kami untuk pertama kalinya melihat kanguru liar mencari makan.

 

Perjalanan menyusuri kawasan pesisir Australia Barat membantu saya mengenali wajah Australia yang lain. Persinggahan singkat itu meneguhkan saya untuk terus mengenali benua ini, yang kini menjadi rumah kedua saya. Untuk itulah, petualangan baru menunggu.