Berterima Kasih kepada Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Selain rumah, sekolah adalah tempat kedua untuk murid-murid paling banyak menghabiskan waktu mereka. Mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), hasil riset menunjukkan bahwa siswa-siswi Indonesia menghabiskan rata-rata delapan jam per hari menimba ilmu di sekolah mereka. Hasil tersebut belum pula mencakup waktu yang dihabiskan murid dalam kursus privat mereka. Pentingnya ilmu pengetahuan dalam menunjang masa depan seorang anak dan bangsa kini telah diakui oleh banyak pihak. Pemerintahan Indonesia pun telah menerapkan kebijakan wajib belajar 12 tahun di Indonesia mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) guna memastikan keberlangsungan masa depan anak-anak bangsa.

Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan setiap anak dalam menimba ilmu, tidak mengherankan kalau peranan guru menjadi kian penting dalam membentuk kebiasaan dan budi pekerti siswa-siswi. Seperti halnya ayah dan ibu, guru pun memegang tanggung jawab besar dalam membentuk perilaku anak-anak didiknya. Oleh karena itu, guru pun bertanggung jawab dalam mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam diri anak didik mereka. Meskipun demikian, jasa-jasa para pahlawan masa depan bangsa ini kerap tidak banyak dibicarakan dalam masyarakat. Hal ini tentu sangat disayangkan karena bagi sebahagian murid, ajaran dan didikan dari guru mereka menjadi sebuah teladan yang selalu mereka pegang erat sampai dewasa. Oleh karena itu, pentinglah sekiranya kita mengakui jasa dan kontribusi para guru seraya mewariskan disiplin dan teladan mereka kepada anak-anak kita sendiri.     

Ambil saja contoh Roby Marlina yang telah mengabdikan diri di dunia edukasi selama 15 tahun. Bergelar Bachelor of Arts, Graduate Diploma in Education (Secondary), Master of Education (TESOL) dan PhD, ia juga mengajar sebagai dosen di bidang Applied Linguistics (World Englishes and Intercultural Communication) di Monash University. Kini, beliau menjadi pendidik bagi para guru TESOL (Teaching English to Speakers of Other Languages) dan mengajarkan pedagogi kemampuan berbahasa kepada guru-guru di Singapura. Roby dengan bangga menyatakan bahwa menjadi seorang guru menjadi pencapaian dan panggilan tersendiri baginya, “Menjadi seorang guru menjadi sebuah peluang bagi saya untuk menginspirasi dan mewariskan pengetahuan kepada anak-anak muda. Seorang guru juga memiliki peranan penting dalam memajukan kemampuan berbahasa dan mengajarkan keadilan dan budi pekerti kepada anak-anak didiknya sendiri.”

Kenyataan bahwa Australia kian kekurangan guru untuk menjadi pemandu anak-anak didik mereka merupakan sebuah bukti yang kuat akan besarnya peranan guru di mata masyarakat dan pemerintah. Kepada para guru yang telah senantiasa mengabdikan diri dalam memajukan anak-anak bangsa, ketahuilah bahwa jasa-jasa Anda akan senantiasa diingat dan diabadikan oleh murid-murid didikmu.

Kepada para pahlawan tanpa tanda jasa, terima kasih atas dedikasi dan didikan Anda kepada anak-anak bangsa.

Teks: Edward Tanoto

Foto: Roby Marlina