Berbisnis di Australia – Doing Business in Australia

Sesekali tengoklah situs www.brw.com.au. Perhatikan deretan 200 orang terkaya di Australia dengan aset di atas $ 200 juta AUD yang ditampilkan secara berkala itu. Daftar itu menjadi indikator sejauh mana kesuksesan para pengusaha di Australia yang dapat dilihat oleh publik. Pada 2014 ini pengusaha tambang dari Perth Gina Rinehart (Hancock Prospecting) masih menempati nomor urut pertama dengan total aset $ 20,01 B. Pengusaha properti asal Tiongkok Hui Wing Mau (Shimao Property Holdings) yang mulai berinvestasi di Australia 1990, bertengger di urutan 6 dengan aset $ 6,32 B. Sejauh ini belum ada satu pun pengusaha asal Indonesia yang masuk di dalamnya.

Suka atau tidak suka, pengusaha asal Indonesia memang belum cukup diperhitungkan di tengah “dunia persilatan” bisnis Australia. Organisasi bisnis yang menghimpun pengusaha Indonesia belum bisa banyak berbicara. Sebaliknya lembaga sejenis yang dikelola pengusaha Austra- lia yang berinvestasi di Indonesia, seperti Australia Indonesia Business Centre (AIBC), sangat aktif dan cukup berpengaruh.

 

Kita tentu ikut berbangga ketika satu-dua orang perantau Indonesia muncul sebagai pengusaha terpandang seperti kakak-beradik Nisin Sunito (Oceanic Holding, NSW) dan Iwan Sunito (Crown Group, NSW). Namun, jumlahnya masih sangat terbatas. Semoga akan terus bertam- bah pengusaha yang “naik kelas” ke papan atas dan layak masuk dalam daftar BRW 200.

 

Perwakilan pemerintah RI tampaknya masih berkonsentrasi untuk me- narik investor Australia ke dalam negeri dan belum sebaliknya. Buktinya, untuk mendapatkan data pengusaha asal Indonesia di seluruh Australia tidaklah mudah. Padahal dengan data yang akurat, kita bisa menghitung seberapa kekuatan modal pengusaha Indonesia yang ada di Australia. Ibarat “perang”, kemenangan dapat diraih jika kita tahu persis kekuatan senjata yang dimiliki. Selanjutnya akan dapat dihitung apakah kekua- tan modal itu dapat dijadikan daya tawar untuk kepentingan yang lain. Semakin besar tentu akan kian banyak yang bisa ditawarkan, termasuk misi-misi kebudayaan. Begitulah yang dilakukan oleh pendatang dari negara-negara lain di benua Kangguru ini.

 

Baiklah, kita mulai dari yang sederhana saja. Bagaimana sebenarnya memulai bisnis di Australia? Banyak asumsi negatif yang beredar dan dipahami secara salah kaprah, misalnya soal pajak, aturan main, dan budaya. OZIP bekerjasama dengan Indonesia Business Center (IBC) Melbourne menyajikan panduan awal berbisnis di Australia. Tentu kami juga melengkapi laporan kali ini dengan wawancara narasumber yang kompeten.

Berbisnis di Australia, siapa takut?

 

——————————————————————————————————————————————————————————–—————————————–

 

Take a look at the website www.brw.com.au. Pay attention to the richest people in Australia with assets regularly exceeding $ 200 million AUD. The list becomes an indicator of just how far the success of businesses can be seen by the Australian public. In 2014, Perth mining entrepreneur Gina Rinehart (Hancock Prospecting) still occupies the number one position with total assets of $20.01 B. Whilst Chinese employment property group Hui Wing Mau (Shimao Property Holdings) which began investing in Australia in 1990, is perched at number 6 with assets of $6.32 B. So far no Indonesian business has been able to enter the market.

 

Like it or not, Indonesian businesses are yet to be considered as being amongst the “world of resources” available to Australian businesses. Indonesian business organisations are yet to have much of a say. Whereas similar institutions managed by Australian businesses that invest in Indonesia, such as Australia-Indonesian Business Council (AIBC), are very active and quite influential.

 

We are certainly proud when Indonesian migrants emerge as promi- nent businessmen such as brothers Nisin Sunito (Oceanic Holding, NSW) and Iwan Sunito (Crown Group, NSW). However, the overall numbers are still very limited. Hopefully the number of entrepreneurs will continue to grow and those that “graduate” at the top will enter the list of BRW 200.

 

Representatives of the Indonesian government still focus on attract- ing Australian investors into Indonesia rather than the other way around. As proof, to obtain data of Indonesian businesses throughout Australia is not easy. Though with accurate data, we can measure the strength of Indonesian businesses in Australia. Like in a “war”, we know the strength of the weapons at our disposal. Then we can measure whether our capital strength can be used as bargaining power for other areas of interest. The greater our strength the more we have to offer, including cultural missions. This is what immigrants from other countries can achieve when arriving to the land of kangaroos.

 

Well, let’s start from the simple things. How do you actually start a business in Australia? There are many negative assumptions and misunderstandings, for example about taxes, rules and culture. OZIP in cooperation with the Indonesian Business Centre (IBC) Melbourne presents a beginners guide to doing business in Australia. Of course, included in our report are interviews with reputable sources.

Doing business in Australia. What are you afraid of?

 

This special report is written by Iip Yahya, translated by Tim Flicker.

Photo: Windu Kuntoro