Aksi Mengutuk Rasisme dalam #BlackLivesMatter Protest Melbourne

Riak gerakan #BlackLivesMatter dapat dirasakan di seluruh dunia. Melbourne juga tidak tertinggal untuk mengambil bagian dalam aksi besar ini. Hal ini terlihat dalam aksi protes yang diadakan pada tanggal 6 Juni lalu di Melbourne CBD. Aksi yang diselenggarakan oleh organisasi Warriors of the Aboriginal Resistance ini dihadiri oleh kurang lebih 10.000 warga Melbourne dari berbagai suku bangsa dan golongan.

Antusiasme para peserta aksi sudah terlihat pada pukul dua siang waktu setempat, ditandai oleh kerumunan massa yang sudah berkumpul di depan Old Treasury Building. Massa tidak hanya memenuhi bagian depan Old Treasury Building saja, akan tetapi kerumunan juga terlihat berkumpul di sekitar anak tangga Parliament House dan Parliament Station. Memasuki pukul dua lewat lima belas menit, massa sudah memenuhi jalan-jalan sekitar parlemen di Spring Street dan Macarthur Street.

Hingga satu jam berikutnya, massa terus berkumpul di depan Parliament House sambil mendengarkan orasi dari anggota keluarga orang suku asli Aborigin yang meninggal dalam tahanan di Australia. Orasi ini diselingi dengan seruan dari massa peserta aksi untuk mengakhiri rasisme di Australia dan seluruh dunia. Peserta aksi protes beramai-ramai membawa spanduk dengan berbagai macam pesan yang bermuara pada mengutuk aksi rasisme. 

Mulai pukul tiga lewat sepuluh menit, massa mulai bergerak menyusuri Melbourne CBD. Berawal dari depan gedung parlemen di Spring Street, massa bergerak menuju Bourke Street sebelum akhirnya berbelok ke Russell Street.

Meskipun aksi protes ini merupakan sebuah pelanggaran terhadap peraturan kesehatan Victoria terkait pandemi COVID-19, kepolisian Victoria melaporkan bahwa aksi protes berlangsung dengan damai tanpa adanya kerusakan properti ataupun tindak kekerasan lain. Selama jalannya aksi protes, mayoritas peserta aksi tetap mematuhi rambu-rambu kesehatan dengan mengenakan masker dan saling menjaga jarak satu sama lain. Dilansir dari Australian Association Press, kepolisian Victoria tidak melakukan penangkapan terhadap peserta aksi. Terkait dengan pelanggaran peraturan kesehatan, kepolisian Victoria akan mengenakan denda sebesar $1,652 terhadap setiap penyelenggara aksi protes.

Aksi protes yang diadakan di Melbourne, erat kaitannya dengan serangkaian aksi protes yang terjadi di Amerika Serikat menyusul kematian George Floyd di tangan kepolisian Minneapolis, Minnesota. Pesan yang dibawakan oleh aksi di Amerika dan Melbourne tidak jauh berbeda, keduanya mengangkat isu rasisme sistemik di Amerika dan Australia.

Isu rasisme sistemik yang diangkat di aksi Melbourne kali ini adalah isu rasisme terhadap penduduk asli Aborigin di Australia. Lebih tepatnya, terkait dengan banyaknya jumlah kematian orang Aborigin dalam tahanan di benua selatan ini. Australian Association Press mencatat sebanyak 400 orang Aborigin meninggal dalam tahanan sejak 1991. Dalam kurun waktu 12 tahun antara 2008-2020, The Guardian mencatat sebanyak 47 orang Aborigin meninggal dalam tahanan.  Meskipun orang Aborigin hanya mencakup 3% dari jumlah total penduduk Australia, Australian Association Press membukukan sebanyak 28% penghuni penjara di Australia adalah orang Aborigin.

Tentunya isu rasisme terhadap orang Aborigin adalah isu yang harus diperjuangkan. Hal ini diutarakan oleh Brendan Low, salah satu peserta aksi protes. “Menurut saya gerakan ini sangat diperlukan,” ujar Brendan. “Ini adalah gerakan yang baik meskipun kita sedang di tengah-tengah pandemi coronavirus.”

Lebih lanjut, Brendan juga menyadari hubungan erat antara aksi di Amerika dan Australia. “Gerakan George Floyd di Amerika membawa kesadaran yang sangat dibutuhkan terhadap situasi di sini.”

Selain Brendan Low, ada juga Guleid Abdullahi dari Kenya yang ikut sebagai peserta aksi protes ini. Menurutnya isu rasisme terhadap orang Aborigin di Australia tergolong parah dan harus ditindak dengan tegas.

“Di Australia terdapat garis pemisah ras yang jelas terhadap orang Aborigin,” ungkapnya. “Orang selalu bertanya kenapa sulit untuk orang Aborigin untuk berasimilasi ke dalam masyarakat ketika orang Aborigin sendiri sudah menghabiskan hidup mereka sebagai generasi yang dicuri dari orang tua mereka.”

Meskipun Guleid menganggap aksi protes ini adalah langkah yang tepat, dirinya merasa orang Australia bisa berbuat lebih banyak terhadap isu rasisme terhadap orang Aborigin. “Menurut saya orang Australia harus melakukan pendekatan yang bisa memecahkan masalah ras ini. Bukan hanya meminta maaf saja, tapi juga aksi nyata seperti menghentikan kegiatan fracking di tanah Aborigin dan melatih petugas kepolisian dengan lebih baik.”

Sama seperti ribuan peserta lainnya, Guleid tidak menyesal mengikuti aksi protes #BlackLivesMatter di Melbourne. “Saya rasa ini penting sekali. Sampai kapanpun, saya tidak akan pernah tidak melakukan hal semacam ini,” tandasnya.

Teks dan foto: Jason Ngagianto