Agar Harapan Tak Sebatas Angan-Angan

Jika kita sudah berhenti berharap, hampir bisa dipastikan kita akan jadi pribadi yang “kosong” alias tak punya mimpi. Dan, ujungnya akan seperti kendaraan yang kehabisan bahan bakar. Satu-satunya cara adalah dengan didorong—yang membutuhkan tenaga ekstra luar biasa—atau akhirnya malah benar-benar mati, karena tak bisa digunakan sama sekali.

Di sinilah kekuatan sebuah harapan. Seperti yang terungkap dalam sebuah buku berjudul Making Hope Happen, Create the Future You Want for Yourself and Others, hasil karya penelitian Shane J. Lopez, Ph.D. Dalam sebuah bagian buku tersebut diungkapkan bahwa adanya harapan pada manusia bisa meningkatkan produktivitas dan pencapaian akademis yang luar biasa. Hanya, ia menambahkan, harapan tanpa sebuah rencana juga bisa berujung sia-sia. Artinya, jika sebuah harapan baru sudah disandangkan, ia harus disertai dengan rencana-rencana matang untuk ditindaklanjuti.

 

Bukan itu saja. Dalam berbagai penelitian tentang harapan, juga disebutkan bahwa harapan bisa membuat banyak keajaiban. Mereka yang menderita penyakit berat—seperti misal kanker—tingkat kesembuhannya relatif lebih tinggi jika sang pasien memiliki harapan kesembuhan yang lebih dibanding yang tidak. Jerry Groopman, MD, pengarang buku Anatomy of Hope menyebutkan, harapan menjadi salah satu metode pengobatan bagi pasien-pasiennya. Namun, lagi-lagi Groopman juga memberikan syarat. Jika ingin mendapat hasil maksimal, memunculkan harapan jangan hanya berharap semata. Harus dibarengi dengan pengertian dan pengetahuan tentang hal-hal yang mungkin merintangi terwujudnya harapan tersebut. Dengan begitu, sang pasien pun bisa lebih legowo dalam mencapai apa pun hasilnya nanti. Artinya, harapan tanpa dibarengi dengan kesadaran, akan sia-sia.

 

Di sinilah uniknya sebuah harapan. Hanya sekadar berharap tak akan cukup menjadikan kita sesuatu. Dengan semata berharap—dibarengi impian yang luar biasa tinggi—hanya akan jadi “bahan bakar” kosong jika tak disertai dengan pengertian dasar tentang kekuatan harapan itu sendiri.

 

Lalu sebenarnya, apa yang harus disiapkan jika ingin benar-benar menjadikan sebuah harapan terwujud dan tak berhenti sebatas angan-angan? Seperti yang sudah disebutkan oleh Shane J. Lopez dalam penelitiannya, harus dibarengi dengan adanya rencana. Dan, dibutuhkan pula kesadaran akan hal-hal apa saja yang mungkin muncul di depan, sehingga kita bisa mengantisipasinya.

 

Itu mengapa, dalam filosofi yang sering saya sebutkan, success is my right, sukses adalah hak saya, hak Anda, dan hak siapa saja yang menyadari, menginginkan, dan memperjuangkan dengan sepenuh hati, unsur kesadaran saya sebutkan paling pertama. Artinya, jika ingin sukses, kita harus sadar dulu, harapan seperti apa yang sedang kita perjuangkan. Harapan seperti apa yang sedang kita pupuk dan sirami agar tumbuh jadi hal yang kita impikan.

 

Jangan langsung bermimpi kita akan langsung maju, semudah membalik telapak tangan. Kita harus aktif dan sadar untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut.

Proaktif dengan harapan kita sendiri! Pikirkan: apa saja karya yang bisa kita hasilkan, apa saja pekerjaan yang bisa kita selesaikan, apa saja kompetensi yang bisa kita maksimalkan, harus kita padu padankan untuk meraih sukses yang lebih besar.

 

Mari, kita jaga dan rawat harapan masing-masing melalui berbagai tindakan nyata. Bisa jadi, sebuah hal kecil—apa pun bentuknya—bisa jadi “bahan bakar utama” untuk terus menghidupkan dan mewujudkan dari harapan satu ke harapan lainnya.

 

Mari, terus berjuang, berkarya, dan berikan yang terbaik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, serta bangsa Indonesia.

 

Salam sukses, luar biasa!!!

Teks: Andrie Wongso