9th Indonesian Film Festival Preview: The Return of Short Film Competition

 

Indonesian Film Festival yang ke-9 membawa kembali Short Film Competition (SFC) yang ke-7 setelah kompetisi ini sempat terhenti selama dua tahun.

Kompetisi ini terbuka untuk siapa saja yang tertarik dengan dunia perfilman tanpa memandang faktor kewarganegaraan, ras maupun etnik dengan harapan untuk mengembangkan talenta-talenta para pembuat film muda yang ada di seluruh dunia.

Tema yang diangkat dalam kompetisi SFC tahun ini adalah “Discover Indonesia”, sebuah tema yang dapat memberikan gambaran atau cerminan negara Indonesia terhadap dunia. Pada tanggal 6 Desember 2013 kemarin, kompetisi SFC untuk acara IFF yang ke-9 dengan resmi dimulai.

Ada 21 peserta yang mendaftarkan film pendek mereka untuk mengikuti kompetisi ini meskipun 5 peserta harus didiskualifikasi karena isu hak cipta dan link website yang rusak.

Sesi penjurian diselenggarakan di Sydney Myer Asia centre pada tanggal 1 Febuari, tepat satu hari setelah batas waktu pengiriman film untuk SFC.

Edwin Jurriens, Gaston Soehadi, dan Carl Robertson ACS dipilih sebagai juri untuk kompetisi SFC tahun ini.

Juri pertama kami, Edwin Jurriens adalah seorang dosen mata kuliah Indonesian Studies, Fakultas Seni, di University Melbourne dan beliau juga menjabat sebagai ketua akademis di Department of Foreign Affairs serta di Trade-sponsored 2014 Australian fellowship programme.

Juri kedua kami, Gaston Soehadi, adalah seorang kandidat PhD di Monash University, yang fokus di bidang Film and Screen Studies.

Sedangkan juri terakhir di SFC tahun ini adalah Carl Robertson, seorang pemenang penghargaan sinematografer yang berhasil merebut perhatian masyarakat internasional dengan virtual photography–nya yang memukau. Meskipun beliau tidak dapat hadir di sesi penjurian, namun tidak menghambat proses tersebut karena beliau tetap melaksanakan tanggung jawabnya sebagai juri dengan melakukan proses penilaian secara online.

Proses penjurian dimulai dari “El Classico”, film action-comedy yang disutradarai oleh Jody Surendra, dan diakhiri dengan “Love Drunk”, film romantic-comedy milik Rangga Daranindra. Tujuh film dengan nilai tertinggi terpilih sebagai kandidat untuk menjadi film terfavorit pilihan penonton.

Pada akhirnya, film drama-fantasy Andra Fembriarto yang berjudul “Pohon Penghujan” berhasil merebut tropi kemenangan di kompetisi SFC ini. Film ini pun berhasil menarik hati penonton yang akhirnya menuntun “Pohon Penghujan” menjadi film terfavorit dengan jumlah like terbanyak di youtube.

Kemenangan Andra Fembriarto tidak berhenti sampai di situ saja, film drama-experimentalnya yang berjudul “Lalijiwo” menduduki posisi sebagai juara kedua di kompetisi ini.

Andra Fembriarto adalah seorang penulis sekaligus sutradara yang mulai meniti karirnya di dunia perfilman digital pada tahun 2008 setelah kelulusannya dari Sydney, Australia. Antusiasmenya yang tinggi terhadap film fantasi pada akhirnya sangat mempengaruhi setiap karya satra ciptaannya. Mimpi terbesarnya adalah untuk membuat cerita fantasi yang bersumber pada dari unsur kekayaan sosial, kultural, dan geografis yang dimiliki Indonesia.

Sedangkan, juara ketiga berhasil direbut oleh film milik Rembulan Sekarjati & Sesarina Puspita yang berjudul “Barbie”. Ketiga film ini akan ditayangkan pada the 9th Indonesian Film Festival.

DSC05636

(Teks/Foto: IFF)